Jumat, 06 Maret 2015

unsur cerita anak



MENULIS CERITA ANAK RELIGI

1.      Pengertian Cerita Anak
Karakteristik cerita anak tidak berbeda halnya dengan hakikat sastra pada umumnya. Menurut Nurgiyantoro (2005:218) pada hakikatnya sastra adalah citra kehidupan, gambaran kehidupan. Selanjutnya menurut pendapat Lukens (2003:8) “Cerita anak adalah cerita yang menceritakan tentang gambar-gambar dan binatang-binatang maupun manusia dengan lingkungan”.
2.      Unsur-Unsur Cerita Anak
Cerita fiksi anak terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur cerita yang secara langsung berada di dalam dan menjadi bagian, dan ikut membentuk eksitensi cerita seperti tokoh, latar, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah jati diri pengarang yang mempunyai ideologi, pandangan hidup bangsanya, kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat yang dijadikan latar cerita. Adapun yang dipaparkan pada pembahasan ini adalah unsur-unsur intrinsik yaitu :
a.       Tokoh
          Tokoh cerita yang pertama-tama dan terutama yang menjadi fokus perhatian baik karena pelukisan   fisik maupun karakter yang di sandangnya.
b.      Alur Cerita
Istilah yang biasa digunakan untuk menyebut alur  adalah alur cerita, plot, atau jalan  cerita. Istilah mana yang akan dipakai terserah kepada tiap orang walau sebenarnya alur lebih dari sekedar jalan cerita. Namun, fakta yang idak dapat dipungkiri adalah bahwa alur merupakan salah satu unsur cerita fiksi yang juga menarik untuk dibicarakan disamping unsur tokoh.
c.       Latar
Sebauh cerita fiksi yang hadir dengan menampilkan tokoh dan alur memerlukan tokoh dan alur  memerlukan kejelasan tempat dimana cerita itu terjadi, kapan waktu kejadiannya, dan latar belakang kehidupan social-budaya masyarakat tempat para tokoh tempat berinteraksi dengan sesama. Tanpa kejelasan hal-hal tersebut cerita yang dihadirkan rasanya kurang realistic, tidak berpijak di bumi, yang kesemuanya berakibat kurang dipahami cerita fiksi yang ditampilkan. 
d.      Tema
Jika memilih buku bacaan sastra anak, yang sering terlintas difikiran adalah pertanyan-pertanyaan seperti: buku yang bercerita tentang apa, apakah ceritanya bagus atau tidak, buku cerita itu ingin berbicara tentang apa, atau apa yang ingin disampaikan lewat crita itu, dan lain-lain.
e.       Moral
Moral adalah sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. Moral berurusan dengan masalah baik dan buruk, namun istilah moral itu selalu dikonotasikan dengan hal-hal yang baik.
f.       Sudut Pandang
Sudut pandang dapat dipahami sebagai cara sebuah cerita dikisahkan. Sudut pandang pada hakikatnya adalah sebuah cara, strategi, atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya. Secara lebih konkret dan spesifik sudut pandang adalah siapa yang melihat, siapa yang berbicara, atau dari kacamata siapa sesuatu itu dibicarakan.
g.      Stile dan Nada
Stile dan nada merupakan dua hal yang terkait erat. Stile berkaitan dengan masalah pilihan berbagai aspek kebahasaan yang digunakan dalam sebuah teks kesastraan, dengan kata lain stile adalah cara pengucapan bahasa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Sedangkan nada adalah sesuatu yang terbangkitkan oleh pemilihan berbgai bentuk komponen stile tersebut. Dalam pengertian luas, nada diartikan sebagai pendirian atau sikap yang diambil pengarang terhadap pembaca dan masalah yang dikemukakan. Dalam sebuah karya fiksinya, pengarang mengekspresikan sikap, baik terhadap masalah maupun pembaca, pembaca pun dapat memberikan reaksi yang sama.
3.      Ciri-Ciri Sastra Anak
Ada beberapa yang menjadi ciri khas dari sastra anak yang dapat dibedakan dengan sastra remaja atau sastra dewasa. Berikut adalah ciri-ciri sastra anak yang dirangkum dari Suyatno (2009), Sarumpaet (2009), dan B. Nurgiyantoro (2005).
a.       Tokoh yang terlibat  dalam cerita diperkenalkan terlebih dahulu.
Setiap tokoh yang berperan dalam cerita atau sastra anak diperkenalkan terlebih dahulu, sedangkan pada cerita remaja atau dewasa pengenalan tokoh dapat terjadi ketika cerita sedang berlangsung.
b.      Dalam penceritaan selalu dibarengi dengan gambar
Untuk sastra anak-anak, penceritaan diperkuat dengan gambar. Tujuan dari iringan gambar pada penceritaan adalah untuk memperkuat penceritaan sehingga anak-anak lebih mudah memahami cerita. Selain itu kehadiran gambar adalah salah satu sarana untuk menarik perhatian.
c.       Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
Bahasa yang digunakan dalam penceritaan cenderung mudah untuk dipahami oleh anak-anak dan tidak menggunakan bahasa yang kompleks seperti karya sastra yang ditujukan untuk remaja atau dewasa.
d.      Desain buku bacaan yang unik untuk menarik prhatian
Desain buku untuk anak-anak cenderung berbeda dengan buku-buku remaja, buku anak lebih menggunakan desain yang berbeda seperti bentuk yang menyerupai buah-buahan, atau dengan kombinasi warna yang menarik perhatian.
e.       Penceritaan cenderung terkait dengan kehidupan anak (keluarga, teman, guru, dan lain-lain).
Penceritaan selalu dikaitkan dengan kehidupan anak-anak, sehingga pesan yang ingin disampaikan tercapai. Meskipun penceritaan dalam bentuk fabel dan cerita fantasi, namun penceritaan tetap berpusat pada kehidupan yang dialami anak-anak.
f.       Diakhir cerita selalu menggembirakan tokoh utama.
Penceritaan dalam sastra anak selalu berakhir dengan kegembiraan pada tokoh utama sebagai fokus penceritaan. Tidak hanya tokoh utama, tokoh antagonis dalam penceritaanpu selalu berakhir dengan sadar dan berubah dengan sifat baik.
g.      Dikaitkan dengan psikologi perkembangan anak (Operasional konkret).
Penceritaan, penggambaran, latar, dll. Selalu dikaitkan dengan psikologi anak yang hanya dapat memahami sesuatu yang bersifat konkret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar