KEJAMNYA HIDUP
Kelompok 7
Dia bingung harus berbuat apa,
pikiranya tak menentu. Dia tidak tahu harus sedih ataukah gembira menerima
kenyataan ini. Sejak kecil dia hidup dalam kemiskinan dengan kondisi keluarga
yang serba kekuragan, Ayahnya yang hanya seorang penjual kerupuk keliling harus
menafkahi lima orang anak. Sedangkan Ibunya hanya seorang buruh cuci yang tidak
tentu penghasilanya, terlebih lagi keluarga ini tinggal di gubuk kecil
beratapkan seng dan berdinding triplek yang sudah tidak layak huni. Meskipun
kehidupan mereka serba kekurangan tetapi kelima anak tersebut tetap bersemangat
untuk menggapai cita-citanya.
Dia Siti, anak pertama dari lima
bersaudara. Saat ini Siti masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama di
daerah Jakarta Selatan, dapat dikatakan bahwa Siti adalah salah satu siswi yang
paling pandai dan berprestasi, selain pandai Siti juga aktif diberbagai oraganisasi
disekolahnya. Siti kini duduk di kelas 2 SMP, sedangkan ke empat adiknya yang
bernama Aisyah, Sarah, Badriah, dan sisulung yang bernama Saipul. Dimana mereka
masih duduk dibangku sekolah dasar.
Suatu ketika Ayahnya jatuh sakit,
akan tetapi beliau menyembunyikan sakit yang dia rasakan kepada ke lima
anaknya. Karena kemiskinan yang melanda, ayahnya tetap berjualan.
“Bu bapak pamitan, mau jualan kerupuk.” Dengan
terbatuk-batuk Ayahnya siti berpamitan kepada istrinya untuk keliling berjualan
kerupuk
“Bapak kan masih sakit sini biar Ibu saja yang
jualan sementara Bapak istirahat saja, dari pada nanti kenapa-napa, nanti Ibu
juga kan yang repot.” Mencoba mencegah suaminya yang sedang sakit keras untuk
berjualan.
“Tapi ini kewajiban Bapak bu, kalau Bapak enggak
kerja mau makan apa kita nanti.” Dengan keras kepala sang Bapak tetap berjualan
berkeliling kampung demi kampung.
Ditengah perjalanan
beliau terjatuh pingsan karena penyakit TBC yang telah lama dideritanya,
beruntunglah ada seorang laki-laki baik hati yang mau menolong dan membawanya
ke puskesmas terdekat. Terkejutlah Siti ketika mendapatkan kabar dari gurunya
bahwa Ayahnya kini sedang sekarat di puskesmas. Siti langsung bergegas menuju
ke puskesmas menengok ayahnya yang sedang dalam keadaan kritis. Sepanjang
perjalanan Siti tak henti-hentinya berdoa demi kesembuhan ayahnya. Sesampainya
di puskesmas derai air mata mengalir deras dari mata Siti.
“Siti……
” Lirih sang ayah memanggil Siti
“Iya… Pak….” Dengan tangis tak
terbendung siti mencoba mendengarkan perkataan ayahnya
“Jaga ibumu dan ke empat adikmu ya
nak, mungkin umur bapak tidak akan lama lagi, bantu ibumu untuk menyambung
hidup.” Dengan nada yang terbata-bata ayahnya Siti mencoba menyampaikan pesan
terakhirnya diringi dengan tangisan dari sang ayah.
“Bapak jangan pergi… Siti enggak
mau kehilangan bapak… bapak harus bangun… bapak harus sembuh…. Bapak udah janji
mau ngajak siti jalan-jalan….. bapak udah janji mau ngebeliin siti sepatu
baru…. Bapak harus bangun… ” Pinta Siti dengan sia-sia dan diiringi tangisan
yang sangat deras.
Hembusan nafas terakhir diiringi isak tangis yang
tak terbendung dari Ibu dan kelima anaknya tak terkecuali Siti yang tak
berhenti-hentinya mengeluarkan air mata, ketika mengingat perkataan ayahnya.
Singkat
cerita siti jarang sekali masuk sekolah, karena harus berjualan kerupuk
menggantikan ayahnya berkeliling kampung demi kampung. Ditengah perjalanan ada
seorang wanita yang menjanjikan pekerjaan padanya.
“Neng
kerupknya dua renteng, berapa?” Tutur wanita paruh baya
“Enam
ribu, bu.” Ucap Siti dengan nada yang sopan.
“Jangan
pangil saya Ibu dong neng emang saya udah tua apa, pangil saja saya Tante Mega.
Kamu masih muda, cantik, koq jualan kerupuk si neng.”
“Hehehe…
cantik dari mananya Tan, Saya jualan
kerupuk buat ngebantu keluarga bu, sekalian buat ngebantu adik-adik saya biar
mereka tetap bersekolah.” Dengan suara dan nada yang malu-malu Siti menjawab
pertanyaan wanita paruh baya tersebut. karena selama berjualan belum pernah ada
orang yang memujinya.
“Terus sekolah kamu gimana neng,
bapak sama ibu kamu memangnya kerja apa?”
“Saya udah enggak sekolah Tan. bapak
udah meninggal 1 tahun yang lalu, makanya saya menggantikan bapak berjualan. Sedangkan
ibu hanya seorang buruh cuci.”
“Gimana kalau kamu ikut kerja sama
Tante Mega, penghasilannya berkali-kali lipat dari berjualan kerupuk loh, udah
gitu nanti kamu kerjanya enggak bakalan capek kayak sekarang.” Rayu Tante Mega.
“Memangnya kerja apaan Tan?” Tanya Siti
dengan antusias dan rasa senang
“Nanti kamu juga tau, pokonya kamu
nanti bakalan sukses dan bisa nyekolahin adik-adik sama bantu orang tuamu,
seperti apa yang kamu inginkan, bagaimana mau tidak.”
Tanpa berfikir panjang Siti menerima ajakan dari
wanita yang baru dia kenal, mungkin karena wanita itu menjanjikan penghasilan
yang cukup besar.
Ke
eseokan harinya Siti berangkat ke alamat yang kemarin dikasih oleh Tante Mega,
akan tetapi setelah sampai dirumah Tante Mega, Siti disuruh Tante Mega untuk pulang
kembali kerumahnya. Karena, pekerjaan Siti dilakukan pada malam hari. Sebelum
pulang Siti tak sengaja mendengar percakapan Tante Mega via handpone
“Mas
ini ada cewek yang masih Virgin, udah gitu masi ABG lagi, mau berani bayar
berapa mas?.” Tutur Tante Mega yang menjual Siti kepada pria paruh baya.
Karena siti masih polos dan lugu siti pun masih
belum mengerti, malam harinya Siti kembali lagi kerumah Tante Mega untuk
bekerja. Awalnya Siti bingung, karena pada malam hari rumah Tante Mega sangat
ramai, banyak sekali pria dan cewek cantik yang keluar masuk rumah Tante Mega.
Sedangkan di pagi hari rumah Tante Mega sangat sepi. Selang beberapa menit Siti
dipanggil Tante Mega untuk masuk ke kamar yang bisa dilhat sangat rapih. Masuklah
seorang pria paruh baya dan langsung mengunci pintu kamarnya.
“Ternyata
kamu memang masih muda, umur kamu berapa neng?” Ucap pria paruh baya yang
ternyata bernama Om Osep
“Umur saya masih 15 tahun, maaf pak
kenapa kamarnya dikunci.” Dengan nada yang gemetar dan tidak tau harus berbuat
apa.
“Udah santai aja gak bakalan Om
apa-apain koq.” Ucap Om Osep yang berusaha menenang kan hati Siti.
Akan tetapi Siti justru tambah gemetaran. Om Osep
berusaha mencium Siti akan tetapi meskipun dengan tubuh kecilnya, siti berhasil
memukul wajah Om Osep sehingga dia mengerang kesakitan. Siti pun berusaha
kabur, beruntunglah Siti karena kunci pintu kamarnya masih tergantung di pintu.
Siti bergegas berlali meninggalkan kamar dan rumah Tante Mega. Ke esokan
paginya Siti bercerita kepada ibunya tentang kejadian semalam, karena emosi
sang ibu langsung melapor ke kantor polisi terdekat. Dan seminggu setelahnya
rumah tersebut kosong ditinggalkan penghuninya entah kemana.
Siti
trauma atas kejadian yang menimpanya, kini dia jarang keluar rumah, dan kini
dia lupa amanah bapaknya untuk membantu ibu dan ke empat adik-adiknya. Akan
tetapi setelah ayahnya hadir di mimpi
Siti, Siti pun kini bisa bangkit dari keterpurukan dan berusaha berjualan, meskipun
Siti masih sedikit trauma ketika melihat ibu-ibu yang tidak Siti kenal.
Singkat
cerita Siti mendapatkan pekerjaan yang layak, yakni bekerja sebagai buruh
pabrik di salah satu perusahaan ternama. Tahun pertama Siti mendapatkan
penghasilan yang minimum, akan tetapi karena Siti adalah orang yang sangat giat
dan pekerja keras Siti pun naik pangkat dan mendapatkan penghasilan yang cukup
besar. Dari penghasilan yang dia dapatkan Siti berhasil menyekolahkan
adik-adiknya sampai perguruan tinggi dan Siti berhasil menaikan haji orang
tuanya. Kini keluarga Siti berubah total, dari yang dulunya tidak punya apa-apa
kini menjadi keluarga yang bisa dibilang kaya. Meskipun mereka kini bergelimang
harta tapi mereka tidak pernah sombong terhadap sekitarnya.
Siti kini bahagia mekipun selama
ini dia menderita. Tapi karena keinginan Siti dan kemauannya yang keras, Siti
kini bisa merealisasikan keinginan dan amanah ayahnya untuk membahagiakan ibu
dan menyekolahkan ke empat adiknya hingga ke Perguruan Tinggi.
“AYAH”
Kini
aku pincang
Tak
ada lagi kaki yang bisa menopang tubuh ini
Aku
tak tau harus berbuat apa
Setelah
engkau tiada
Hari-hari
ku sepi
Ayah
amanahmu tak akan ku lupakan
Tapi
aku tidak tau harus berbuat apa
Ayah
aku kangen ayah
Aku
butuh petunjuk ayah
Ya
allah
Tolong
hadirkan ayah dalam mimpiku
Tolong
pertemukan saya denganya
Ya
allah aku mohon
Entah
dengan sipa lagi
Aku
meminta
Kejamnya
dunia ini
Yang
membuatku terombang ambing tanpa kehadiranmu
Ayah.
..
BalasHapus