Minggu, 01 Maret 2015

CERPEN



KEJAMNYA HIDUP
Kelompok 7

            Dia bingung harus berbuat apa, pikiranya tak menentu. Dia tidak tahu harus sedih ataukah gembira menerima kenyataan ini. Sejak kecil dia hidup dalam kemiskinan dengan kondisi keluarga yang serba kekuragan, Ayahnya yang hanya seorang penjual kerupuk keliling harus menafkahi lima orang anak. Sedangkan Ibunya hanya seorang buruh cuci yang tidak tentu penghasilanya, terlebih lagi keluarga ini tinggal di gubuk kecil beratapkan seng dan berdinding triplek yang sudah tidak layak huni. Meskipun kehidupan mereka serba kekurangan tetapi kelima anak tersebut tetap bersemangat untuk menggapai cita-citanya.
            Dia Siti, anak pertama dari lima bersaudara. Saat ini Siti masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama di daerah Jakarta Selatan, dapat dikatakan bahwa Siti adalah salah satu siswi yang paling pandai dan berprestasi, selain pandai Siti juga aktif diberbagai oraganisasi disekolahnya. Siti kini duduk di kelas 2 SMP, sedangkan ke empat adiknya yang bernama Aisyah, Sarah, Badriah, dan sisulung yang bernama Saipul. Dimana mereka masih duduk dibangku sekolah dasar.
            Suatu ketika Ayahnya jatuh sakit, akan tetapi beliau menyembunyikan sakit yang dia rasakan kepada ke lima anaknya. Karena kemiskinan yang melanda, ayahnya tetap berjualan.
“Bu bapak pamitan, mau jualan kerupuk.” Dengan terbatuk-batuk Ayahnya siti berpamitan kepada istrinya untuk keliling berjualan kerupuk
“Bapak kan masih sakit sini biar Ibu saja yang jualan sementara Bapak istirahat saja, dari pada nanti kenapa-napa, nanti Ibu juga kan yang repot.” Mencoba mencegah suaminya yang sedang sakit keras untuk berjualan.
“Tapi ini kewajiban Bapak bu, kalau Bapak enggak kerja mau makan apa kita nanti.” Dengan keras kepala sang Bapak tetap berjualan berkeliling kampung demi kampung.
Ditengah perjalanan beliau terjatuh pingsan karena penyakit TBC yang telah lama dideritanya, beruntunglah ada seorang laki-laki baik hati yang mau menolong dan membawanya ke puskesmas terdekat. Terkejutlah Siti ketika mendapatkan kabar dari gurunya bahwa Ayahnya kini sedang sekarat di puskesmas. Siti langsung bergegas menuju ke puskesmas menengok ayahnya yang sedang dalam keadaan kritis. Sepanjang perjalanan Siti tak henti-hentinya berdoa demi kesembuhan ayahnya. Sesampainya di puskesmas derai air mata mengalir deras dari mata Siti.
            “Siti…… ” Lirih sang ayah memanggil Siti
“Iya… Pak….” Dengan tangis tak terbendung siti mencoba mendengarkan perkataan ayahnya
            “Jaga ibumu dan ke empat adikmu ya nak, mungkin umur bapak tidak akan lama lagi, bantu ibumu untuk menyambung hidup.” Dengan nada yang terbata-bata ayahnya Siti mencoba menyampaikan pesan terakhirnya diringi dengan tangisan dari sang ayah.
“Bapak jangan pergi… Siti enggak mau kehilangan bapak… bapak harus bangun… bapak harus sembuh…. Bapak udah janji mau ngajak siti jalan-jalan….. bapak udah janji mau ngebeliin siti sepatu baru…. Bapak harus bangun… ” Pinta Siti dengan sia-sia dan diiringi tangisan yang sangat deras.
Hembusan nafas terakhir diiringi isak tangis yang tak terbendung dari Ibu dan kelima anaknya tak terkecuali Siti yang tak berhenti-hentinya mengeluarkan air mata, ketika mengingat perkataan ayahnya.
            Singkat cerita siti jarang sekali masuk sekolah, karena harus berjualan kerupuk menggantikan ayahnya berkeliling kampung demi kampung. Ditengah perjalanan ada seorang wanita yang menjanjikan pekerjaan padanya.
            “Neng kerupknya dua renteng, berapa?” Tutur wanita paruh baya
            “Enam ribu, bu.” Ucap Siti dengan nada yang sopan.
            “Jangan pangil saya Ibu dong neng emang saya udah tua apa, pangil saja saya Tante Mega. Kamu masih muda, cantik, koq jualan kerupuk si neng.”
            “Hehehe… cantik dari mananya Tan,  Saya jualan kerupuk buat ngebantu keluarga bu, sekalian buat ngebantu adik-adik saya biar mereka tetap bersekolah.” Dengan suara dan nada yang malu-malu Siti menjawab pertanyaan wanita paruh baya tersebut. karena selama berjualan belum pernah ada orang yang memujinya.
“Terus sekolah kamu gimana neng, bapak sama ibu kamu memangnya kerja apa?”
“Saya udah enggak sekolah Tan. bapak udah meninggal 1 tahun yang lalu, makanya saya menggantikan bapak berjualan. Sedangkan ibu hanya seorang buruh cuci.”
“Gimana kalau kamu ikut kerja sama Tante Mega, penghasilannya berkali-kali lipat dari berjualan kerupuk loh, udah gitu nanti kamu kerjanya enggak bakalan capek kayak sekarang.” Rayu Tante Mega.
“Memangnya kerja apaan Tan?” Tanya Siti dengan antusias dan rasa senang
“Nanti kamu juga tau, pokonya kamu nanti bakalan sukses dan bisa nyekolahin adik-adik sama bantu orang tuamu, seperti apa yang kamu inginkan, bagaimana mau tidak.”
Tanpa berfikir panjang Siti menerima ajakan dari wanita yang baru dia kenal, mungkin karena wanita itu menjanjikan penghasilan yang cukup besar.
            Ke eseokan harinya Siti berangkat ke alamat yang kemarin dikasih oleh Tante Mega, akan tetapi setelah sampai dirumah Tante Mega, Siti disuruh Tante Mega untuk pulang kembali kerumahnya. Karena, pekerjaan Siti dilakukan pada malam hari. Sebelum pulang Siti tak sengaja mendengar percakapan Tante Mega via handpone
            “Mas ini ada cewek yang masih Virgin, udah gitu masi ABG lagi, mau berani bayar berapa mas?.” Tutur Tante Mega yang menjual Siti kepada pria paruh baya.
Karena siti masih polos dan lugu siti pun masih belum mengerti, malam harinya Siti kembali lagi kerumah Tante Mega untuk bekerja. Awalnya Siti bingung, karena pada malam hari rumah Tante Mega sangat ramai, banyak sekali pria dan cewek cantik yang keluar masuk rumah Tante Mega. Sedangkan di pagi hari rumah Tante Mega sangat sepi. Selang beberapa menit Siti dipanggil Tante Mega untuk masuk ke kamar yang bisa dilhat sangat rapih. Masuklah seorang pria paruh baya dan langsung mengunci pintu kamarnya.
            “Ternyata kamu memang masih muda, umur kamu berapa neng?” Ucap pria paruh baya yang ternyata bernama Om Osep
“Umur saya masih 15 tahun, maaf pak kenapa kamarnya dikunci.” Dengan nada yang gemetar dan tidak tau harus berbuat apa.
“Udah santai aja gak bakalan Om apa-apain koq.” Ucap Om Osep yang berusaha menenang kan hati Siti.
Akan tetapi Siti justru tambah gemetaran. Om Osep berusaha mencium Siti akan tetapi meskipun dengan tubuh kecilnya, siti berhasil memukul wajah Om Osep sehingga dia mengerang kesakitan. Siti pun berusaha kabur, beruntunglah Siti karena kunci pintu kamarnya masih tergantung di pintu. Siti bergegas berlali meninggalkan kamar dan rumah Tante Mega. Ke esokan paginya Siti bercerita kepada ibunya tentang kejadian semalam, karena emosi sang ibu langsung melapor ke kantor polisi terdekat. Dan seminggu setelahnya rumah tersebut kosong ditinggalkan penghuninya entah kemana.
            Siti trauma atas kejadian yang menimpanya, kini dia jarang keluar rumah, dan kini dia lupa amanah bapaknya untuk membantu ibu dan ke empat adik-adiknya. Akan tetapi setelah ayahnya hadir  di mimpi Siti, Siti pun kini bisa bangkit dari keterpurukan dan berusaha berjualan, meskipun Siti masih sedikit trauma ketika melihat ibu-ibu yang tidak Siti kenal.
            Singkat cerita Siti mendapatkan pekerjaan yang layak, yakni bekerja sebagai buruh pabrik di salah satu perusahaan ternama. Tahun pertama Siti mendapatkan penghasilan yang minimum, akan tetapi karena Siti adalah orang yang sangat giat dan pekerja keras Siti pun naik pangkat dan mendapatkan penghasilan yang cukup besar. Dari penghasilan yang dia dapatkan Siti berhasil menyekolahkan adik-adiknya sampai perguruan tinggi dan Siti berhasil menaikan haji orang tuanya. Kini keluarga Siti berubah total, dari yang dulunya tidak punya apa-apa kini menjadi keluarga yang bisa dibilang kaya. Meskipun mereka kini bergelimang harta tapi mereka tidak pernah sombong terhadap sekitarnya.
Siti kini bahagia mekipun selama ini dia menderita. Tapi karena keinginan Siti dan kemauannya yang keras, Siti kini bisa merealisasikan keinginan dan amanah ayahnya untuk membahagiakan ibu dan menyekolahkan ke empat adiknya hingga ke Perguruan Tinggi.



“AYAH”
Kini aku pincang
Tak ada lagi kaki yang bisa menopang tubuh ini
Aku tak tau harus berbuat apa
Setelah engkau tiada
Hari-hari ku sepi
Ayah amanahmu tak akan ku lupakan
Tapi aku tidak tau harus berbuat apa
Ayah aku kangen ayah
Aku butuh petunjuk ayah
Ya allah
Tolong hadirkan ayah dalam mimpiku
Tolong pertemukan saya denganya
Ya allah aku mohon
Entah dengan sipa lagi
Aku meminta
Kejamnya dunia ini
Yang membuatku terombang ambing tanpa kehadiranmu
Ayah.






1 komentar: