BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keajaiban islam
berupa mukjizat adalah hal yang luar biasa berupa keajaiban yang terjadi pada
diri seorang Nabi. Keajaiban islam berupa mukjizat yang terjadi pada diri Nabi
saw., ini bertujuan untuk melemahkan pendapat orang kafir yang mengingkari
kenabiannya.
Dengan adanya
keajaiban islam berupa Al-qur’an, pendapat-pendapat orang kafir yang menentang
kebenaran seorang Nabi bisa terbantahkan. Mukjizat Nabi Muhammad saw.,
merupakan keajaiban islam yang menunjukan bahwa islam adalah wahyu dari Allah
yang telah sempurna.
Keajaiban islam
berupa Al-qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad saw., yang paling utama. Manusia
sepanjang masa dapat menemukan, mempelajari dan mengamalkan syariat islam yang
ada didalamnya.
Mukjizat
Al-qur’an adalah kalamullah sehingga sampai detik ini tidak ada manusia seorang
pun yang bisa membuat buku yang setara dengan Al-qur’an sebagai tandingannya.
Al-Quran
merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi
Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya
terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan
hidup baik di dunia maupun akhirat.
B. Perumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
I’jaz dan Mukjizat?
2.
Apa saja jenis –
jenis Mukjizat?
3.
Apa perbedaan
Al-Qur’an dengan Mukjizat lainnya?
4.
Apa saja sisi
Mukjizat Al-Qur’an?
c.
Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian I’jaz dan Mukjizat
2. Mengetahui jenis – jenis Mukjizat
3. Membedakan Al-Qur’an dengan Mukjizat lainnya
4. Mengetahui sisi
Mukjizat Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’jaz
dan Mukjizat
1.
I’jaz
Dari segi
bahasa (etimologi), i’jaz berasal dari kata a’jaza yu’jizu i’jazan yang
artinya melemahkan, memperlemah, atau menetapkan kelemahan. Kata i’jaz sendiri
awalnya berasal dari kata dasar a’jaza ya’jizu yang
artinya lemah atau tidak mampu. Seperti dalam contoh a’jaztu zaidan “aku mendapati
Zaid tidak mampu”. Sedangkan menurut istilah i’jaz didefinisikan oleh Manna Khalil al Qaththan dan Ali al-Shabuny dalam tulisan Usman. Manna Khalil al-Qaththan mendefinisikan
i’jaz sebagai “menampakan kebenaran Nabi saw dalam pengakuan orang lain,
sebagai seorang rasul utusan Allah swt. Dengan menampakkan kelemahan
orang-orang Arab untuk mendinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu
al-Quran dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka”. Sementara Alial Shabuny mengertikan i’jaz sebagai
“menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok atau bersama-sama untuk
menandingi hal yang serupa dengannya. “jadi i’jaz ini upaya untuk menegaskan
kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia juga menegaskan kelemahan
manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian.
2.
Mukjizat
Kata mukjizat
dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kejadian ajaib yang sukar
dijangkau oleh kemampuan akal manusia”. Pengertian ini tidak sama dengan
pengertian kata tersebut dalam istilah agama islam.
Kata mukjizat
terambil dari kata bahasa arab (a’jaza) yang berarti “melemahkan atau
menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan apabila
kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkamkan
lawan, ia dinamai mu’jizat.
Mukjizat
didefinisikan oleh pakar agama islam, antara lain, sebagai “suatu hal atau
peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai
bukti kenabiannnya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau
mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak melayani tantangan itu”.[1]
Unsur-Unsur
yang menyertai mukjizat :
·
Hal atau
peristiwa yang luar biasa
Yang dimaksud
dengan luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat
yang diketahui secara umum hukum – hukumnya.
·
Terjadi atau
dipaparkan oleh seseorang yang mengaku nabi
Tidak mustahil
terjadi hal-hal diluar kebiasaan pada diri siapapun. Namun, apabila bukan dari
seorang Nabi, ia tidak dinamai mukjizat.
·
Mengandung
tantangan terhadap yang meragukan kenabian
Tentu saja
tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi, bukan sebelum
atau sesudahnya. Di sisi lain, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu
yang sejlan dengan ucapan sang nabi.
·
Tantangan
tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Apabila yang
ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, ini berarti bahwa pengakuan sang
penantang tidak terbukti. Perlu digaris bawahi disini bahwa kandungan tantangan
harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Bahkan untuk lebih membuktikan
kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing adalah hal-hal yang
sesuai dengan bidang keahlian umatnya.
Beberapa
Segi Kemukjizatan Al-Qur’an
1. Susunan
yang indah, berbeda dengan setiap susunan yang ada dalam bahasa orang-orang
Arab.
2. Adanya
uslub yang aneh, berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab.
3. Sifat
agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan hal yang
seperti itu.
4. Bentuk
undang-undang yang detail lagi sempurna yang melebihi setiap undang-undang
buatan manusia.
5. Mengabarkan
hal-hal yang gaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu.
6. Berpengaruh
kepada hati pengikut dan musuh.
7. Adanya
ilmu-ilmu pengengetahuan yang terkandung didalamnya (ilmu pengetahuan agam dan
ilmu pengetahuan umum).
8. Tidak
bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
9. Memenuhi
segala kebutuhan manusia
10. Menepati
janji dan ancaman yang dikabarkan al-Qur’an.[2]
B.
Pembagian
Jenis Mukjizat
1. Mu’jizat
Material Indrawi
Artinya Mukjizat yang
tidak kekal. Maksudnya mukjizat jenis ini hanya berlaku pada Nabi
selain Nabi Muhammad Saw dan juga mukjizat ini hanya
berlaku untuk jaman tertentu, kapan mukjizat tersebut diturunkan. Oleh karena
itu wajar kalau sifat mukjizat tersebut tidak kekal. Secara umum dapat diambil contoh adalah mukjizat nabi
Musa AS dapat membelah lautan, mukjizat nabi Daud AS dapat
melunakkan besi,mukjizat nabi Isa AS dapat menghidupkan
orang mati, mukjizat nabi Ibrahim AS tidak hangus oleh api saat
dibakar dan mukjizat-mukjizat nabi lainya.
2. Mukjizat Immaterial
Artinya Mukjizat
ini bersifat kekal dan berlaku sepanjang jaman. Mukjizat
tersebut adalah al-Quran al-Karim. Hal ini, menurut Syahrur, karena Muhammad
(sebagai penerima mukjizat ini) nabi terakhir, sehingga mukjizatnya harus
memiliki sifat abadi dan berlaku sampai dunia ini hancur. Secara lebih
gamblang, Syahrur membedakan mukjizat Nabi muhammad dengan nabi-nabi sebelumnya.
Pertama, aspek rasionalitas kenabian Muhammad yang berupa al-Quran dan al-sab’ul
al-matsani mendahului pengetahuan inderawi, yaitu dalam bentuk mutasyabih.
Setiap jaman berubah, konsepsi-konsepsi al-Quran masuk ke dalam wilayah
pengetahuan inderawi, yang disebut sebagai takwil langsung, yaitu kesesuaian
antara teks pengetahuan terhadap hal inderawi. Kedua, al-Quran memuat hakekat
wujud mutlak yang dapat dipahami secara relatif, sesuai dengan latar belakang
pengetahuan, pada masa yang di dalamnya usaha pemahaman al-Quran dilakukan.
Ketiga, Kemukjizatan al-Quran bukan hanya bentuk redaksinya saja, tapi juga
kandungannya.
C. Perbedaan
Al-Quran dengan Mukjizat lainnya
Ada
beberapa perbedaan besar antara mukjizat Al-Quran dengan mukjizat para
Nabi-nabi sebelumnya, antara lain :
·
Mukjizat Nabi sebelumnya bersifat fisik (hissiyah),
maka habis sesuai dengan berlalunya zaman. Generasi setelahnya tidak lagi bisa
menyaksikan mukjizat tersebut. Sementara Al-Quran adalah mukjizat yang terjaga,
abadi dan berkelanjutan. Karenanya hingga hari ini masih banyak temuan-temuan
tentang mukjizat Al-Quran.
·
Mukjizat Nabi-nabi sebelumnya terfokus pada
‘penakjuban pandangan’, sementara mukjizat Al-Quran mengarah pada ‘pembukaan
hati dan penundukan akal’, karena itu daya pengaruhnya lama dan bertahan.
Sementara mukjizat ‘pandangan’ kadang begitu mudah terlupakan.
·
Mukjizat Nabi sebelumnya di luar konteks isi
risalah mereka dan tidak bersesuain, karena fungsinya utamanya hanya untuk
menguatkan kenabian atau membuktikan bahwa mereka adalah utusan Allah SWT.
Contoh : menghidupkan orang mati, tongkat menjadi ular, tidak ada hubungan
langsung dengan isi kitab Taurat dan Injil. Sementara Al-Quran benar-benar
mukjizat yang bersesuaian dan menguatkan isi risalah kenabian.
D. Sisi-sisi Mukjizat Al-Qur’an
1. Gaya Bahasa
Gaya bahasa
Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona, bukan
saja orang-orang mukmin, tetapi juga bagi orang-orang kafir. Kehalusan ungkapan
bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk Islam. Bahkan, Umar bin Khattab
pun yang mulanya dikenal sebagai orang yang paling memusuhi nabi Muhammad SAW,
dan bahkan berusaha membunuhnya, memutuskan masuk Islam dan beriman pada
kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur-an. Susunan Al-Qur-an
tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apa pun.
Karakteristik atau
keistimewaan gaya bahasa al-Qur’an :
Ø Aransemen suaranya sangat
menakjubkan, konsonan dan vokalnya terbagi dan tersusun secara variatif.
Ø Wacana untuk kalangan umum dan
kalangan terbatas. Tidak ada seorang pun manusia yang mampu menyajikan satu
gaya bahasa yang ditunjukan untuk kalangan intelektual sekaligus untuk kalangan
awam.
Ø Menyakinkan akal dan membuai perasaan.
Ø Ringkas tapi jelas.[3]
2. Susunan Kalimat
Kendatipun
Al-Qur-an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabiu,
terapi uslub(style) atau susunan bahasanya sangat jauh
berbeda.Uslub bahasa Al-Qur-an jauh lebih tinggi kualitasnya bila
dibandingkan dengan lainya. Al-Qur-an muncul denganuslub yang begitu indah.
Didalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak
akan pernah ada ucapan manusia.
3. Hukum Illahi yang Sempurna
Al-Qur-an
menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma keutamaan, sopan-santun,
undang-undang ekonomi, politik, sosial, dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum
ibadah. Al-Qur-an menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan
hukum, yakni:
a. Secara
global
Persoalan
ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan perincianya diserahkan
kepada ulama melalui ijtihad.
b. Secara
terperinci
Hukum
yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang piutang,
makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah
perkawinan.
4. Ketelitian
Redaksinya
Ketelitian
redaksi Al-Qur-an bergantung pada hal berikut:
a.
Keseimbangan
antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
Kata
`Hayat' (Hidup) dan `Maut' (Mati) masing-masing ditemukan sebanyak 145 kali.
Kata `Al Nafa'a' (Manfaat) dan `Al Madharrat' (Madharrat) masing-masing sebanyak
50 kali. Kata `Al Har' (Panas) dan `Al Bardu' (Dingin) masing-masing sebanyak 4
kali. Kata
`As Sholiha' (Kebajikan) dan `As Sayah' (Keburukan) masing-masing sebanyak 167
kali. Kata `At Thoma'ninah' (Kelapangan/ Ketenangan) dan `Adduk' (Kesempitan / Kekesalan)
masing-masing sebanyak 13 kali. Kata `Arrobat' (Cemas / Takut) dan `Arrogho'
(Harap / Ingin) masing-masing sebanyak 8 kali. Kata `Al Kafir' (Kafir) dan `Al
Iman' (Iman) dalam bentuk difinite masing-masing sebanyak 8 kali, sedang dalam
bentuk indifinite masing-masing sebanyak 17 kali. Kata `As Shufah' (Musim
Panas) dan `As Syata' (Musim Dingin) masing-masing sebanyak 1 kali. Kata
`Dunya' (Dunia) dan `Akherat' (Hari Kemudian) masing-masing sebanyak 115 kali.
Kata Setan dan Malaikat masing-masing sebanyak 88 kali.
b.
Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan
sinonimnya/makna yang dikandungnya.
Kata
`Al Harot' dan `An Naro'at' (Membajak/ Bertani) masing-masing sebanyak 14 kali. Kata
`Al Ajaba' dan `An Ghororoh' (Membanggakan Diri / Angkuh) masing-masing sebanyak
27 kali. Kata (Orang Sesat / Mati Jiwanya) masing-masing sebanyak 17 kali. Kata
(Quran, Wahyu, dan Islam, ) masing-masing sebanyak 70 kali. Kata (Akal dan
Cahaya) masing-masing sebanyak 49 kali. Kata (Nyata) masing-masing sebanyak 16
kali.
c.
Keseimbangan
jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan akibatnya.
Kata
(Menafkahkan) dengan (Kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali. Kata
(Kekikiran) dan (Penyesalan) masing-masing sebanyak 12 kali. Kata (Orang-orang
kafir) dan (Neraka/ Pembakaran) ) masing-masing sebanyak 154 kali. Kata (Zakat/
Pensucian) dan (Kebajikan yang banyak) ) masing-masing sebanyak 32 kali. Kata
(Kekejian) dan (Murka) ) masing-masing sebanyak 26 kali. Kata `Al Rijs' (Godaan
Syaithan dan Najis) dan `Al Rejz' (Siksa yang pedih) masing-masing sebanyak 10
kali. Kata `Ilm' (Mengetahui), `Ma'rifat' (Pengenalan Allah), dan `Iman'
(Keyakinan) masing-masing sebanyak 811 kali. Ini menunjukkan bahwa melalui
pengenalan kepada Allah dapat menghantarkan pada keyakinan yang teguh.
d.
Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan kata
penyebabnya.
Kata
(Pemborosan) dan (Ketergesa-gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali. Kata
(Nasehat/ Petuah) dan (Lidah) masing-masing sebanyak 25 kali. Kata (Tawanan)
dan (Perang) ) masing-masing sebanyak 6 kali. Kata (Kedamaian) dan (Kebajikan)
) masing-masing sebanyak 60 kali.
Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbang
khusus:
1. Kata yawm (hari) dalam bentuk
tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata
hari yang menunjukan bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga
puluh, sama dengan jumnlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti
bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam
setahun.
2. Al-Qur-an
menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak
tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 29,
surat Al-Isra [17] ayat 44, suratAl-Mukmin [23] ayat 86,
surat Al-Fushilat [41] ayat 12, surat Ath-Thalaq [65] ayat 12,
surat Al-Mulk [67] ayat 3, dan surat Nuh [71] ayat 15. Selain itu,
penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula
dalam tujuh ayat.
3. Kata-kata yang menunjukan kepada utusan
Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir(pembawa berita gembira)
atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali.
Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa
berita tersebut, yakni 518.
5. Berita tentang Hal-hal yang Gaib
Sebagaimana
ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita gaib.
Salah satu contohnya adalah Fir’aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa. Hal ini,
diceritakan dalam surat Yunus (10) ayat 92:
“Maka pada hari Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang datang sesudahmu
dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami.”
Pada
ayat itu ditegaskan bahwa badan Firaun akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi
pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut
karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19, tepatnya
pada tahun 1896 di lembah raja-raja Luxor Mesir, seorang ahli purbakala Loret
menemukan satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia Firaun yang
bernama Muniftahyang pernah mengejar Nabi Musa a.s. selain itu pada
tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk
membuka pembalut-pembalut Firaun tersebut. Apa yang ditemukannya satu jasad
utuh, seperti yang diberitakan Al-Qur'an melalui Nabi yangummy (tidak
pandai membaca dan menulis).
6. Isyarat-isyarat
Ilmiah
Banyak sekali isyarat
ilmiah yang ditemukan dala Al-Qur-an misalnya:
a. Cahaya
matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Terdapat
dalam Q.S. Yunus [10]: 5.
b. Kurangnya
oksigen pada ketinggian dapat menyesakan napas, hal ini terdapat
pada surat Al-An’am [6]: 25
c. Perbedaan
sidik jari manusia. Terdapat dalam suratAl-Qiyamah [75]: 4
d. Aroma/bau
manusia berbeda-beda. Terdapat dalamsurat Yusuf [12]: 94
e. Masa
penyusuan yang tepat dan kehamilan minimal. Terdapat
dalam surat Al-Baqarah [2]: 233
f. Adanya
nurani (super ego) dan bawah sadar manusia. Terdapat
dalam surat Al-Qiyamah [75]: 14
g. Yang merasakan
nyeri adalah kulit. Terdapat dalamsurat Al-Qiyamah [75]: 4
7. Memuat kisah-kisah umat
terdahulu
Di dalam al-qur’an terdapat
sejarah perjalanan hidup para nabi yang dikenal luas oleh kalangan Ahli Kitab.
Padahal pembawa Al-Qur`an adalah Rasulullah saw yang ummi (buta huruf), tidak
bisa menulis dan membaca.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
uraian diatas dapat dipahami bahwa ‘Mukjizat Al-qur’an’ adalah mukjizat yang
paling besar karena merupakan kalam ilahi yang meliputi segala aspek kehidupan
dan merupakan sumber hukum yang utama bagi agama islam. Mukjizat
Al-qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., untuk dijadikan pedoman dan
penghayatan bagi yang ingin selamat dunia akhirat.
Mukjizat al-qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw., bertujuan untuk membuktikan kekuasaan Allah kepada
orang-orang yang tidak mempercayainya dengan cara menunjukan kekuatan Allah dan
menampakkan betapa lemahnya mereka (orang-orang kafir).
Jadi mukjizat Al-Qur’an adalah
firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk pedoman hidup
umat manusia melalui malaikat Jibril sebagai bukti bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah utusan Alllah.
Mukjizat terbagi menjadi dua, yaitu :
1.
Mukjizat
Material Indrawi
2.
Mukjizat
Immaterial
Al-qur’an
merupakan mukjizat yang paling istimewa karena al-qur’an bersifat universal
yang mencakup semua aspek kehidupan. Dari sekian banyak mukjizat yang
diturunkan Allah SWT kepada para Nabi , mukjizat Al-qur’an merupakan
satu-satunya mukjizat yang terjaga, abadi dan berkelanjutan. Karena hingga hari ini masih banyak
temuan-temuan tentang mukjizat Al-Quran.
DAFTAR PUSTAKA
Quraish, M. Shihab.
2000. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung:
Mizan
Al-Munawar, Said Agil
Husin. 2005. Al-Qur’an Membangun Tradisi
Keshalehan Hakiki.Ciputat: PT. Ciputat Press
Al-Musayyar, Muhammad
Sayyid Ahmad. 2006. Nabi Muhammad SAW.
Mesir: Erlangga
[1]
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, hlm. 23
[2]
Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Keshalehan Hakiki, Hlm.
32
[3]
Dr.M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Nabi Muhammad SAW, hlm 127
Tidak ada komentar:
Posting Komentar