Rabu, 04 Maret 2015

i'jaz dan mukjizat



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Keajaiban islam berupa mukjizat adalah hal yang luar biasa berupa keajaiban yang terjadi pada diri seorang Nabi. Keajaiban islam berupa mukjizat yang terjadi pada diri Nabi saw., ini bertujuan untuk melemahkan pendapat orang kafir yang mengingkari kenabiannya.
Dengan adanya keajaiban islam berupa Al-qur’an, pendapat-pendapat orang kafir yang menentang kebenaran seorang Nabi bisa terbantahkan. Mukjizat Nabi Muhammad saw., merupakan keajaiban islam yang menunjukan bahwa islam adalah wahyu dari Allah yang telah sempurna.
Keajaiban islam berupa Al-qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad saw., yang paling utama. Manusia sepanjang masa dapat menemukan, mempelajari dan mengamalkan syariat islam yang ada didalamnya.
Mukjizat Al-qur’an adalah kalamullah sehingga sampai detik ini tidak ada manusia seorang pun yang bisa membuat buku yang setara dengan Al-qur’an sebagai tandingannya.
Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.




B.     Perumusan Masalah
1.      Apa pengertian I’jaz dan Mukjizat?
2.      Apa saja jenis – jenis Mukjizat?
3.      Apa perbedaan Al-Qur’an dengan Mukjizat lainnya?
4.      Apa saja sisi Mukjizat Al-Qur’an?

c. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian I’jaz dan Mukjizat
2. Mengetahui jenis – jenis Mukjizat
3. Membedakan Al-Qur’an dengan Mukjizat lainnya
4. Mengetahui sisi Mukjizat Al-Qur’an


















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian I’jaz dan Mukjizat
1.    I’jaz
Dari segi bahasa (etimologi), i’jaz berasal dari kata a’jaza  yu’jizu  i’jazan  yang artinya melemahkan, memperlemah, atau menetapkan kelemahan. Kata i’jaz sendiri awalnya berasal dari kata dasar a’jaza ya’jizu  yang artinya lemah atau tidak mampu. Seperti dalam contoh a’jaztu zaidan “aku mendapati Zaid tidak mampu”. Sedangkan menurut istilah i’jaz didefinisikan oleh Manna Khalil al Qaththan dan Ali al-Shabuny dalam tulisan Usman. Manna Khalil al-Qaththan mendefinisikan i’jaz sebagai “menampakan kebenaran Nabi saw dalam pengakuan orang lain, sebagai seorang rasul utusan Allah swt. Dengan menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk mendinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu al-Quran dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka”. Sementara Alial Shabuny mengertikan i’jaz sebagai “menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok atau bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya. “jadi i’jaz ini upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia juga menegaskan kelemahan manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian.
2.    Mukjizat
Kata mukjizat dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia”. Pengertian ini tidak sama dengan pengertian kata tersebut dalam istilah agama islam.
Kata mukjizat terambil dari kata bahasa arab (a’jaza) yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan apabila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkamkan lawan, ia dinamai mu’jizat.
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama islam, antara lain, sebagai “suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannnya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak melayani tantangan itu”.[1]
Unsur-Unsur yang menyertai mukjizat :
·         Hal atau peristiwa yang luar biasa
Yang dimaksud dengan luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara umum hukum – hukumnya.
·         Terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku nabi
Tidak mustahil terjadi hal-hal diluar kebiasaan pada diri siapapun. Namun, apabila bukan dari seorang Nabi, ia tidak dinamai mukjizat.
·         Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
Tentu saja tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi, bukan sebelum atau sesudahnya. Di sisi lain, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejlan dengan ucapan sang nabi.
·         Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Apabila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu digaris bawahi disini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Bahkan untuk lebih membuktikan kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing adalah hal-hal yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya.

Beberapa Segi Kemukjizatan Al-Qur’an
1.      Susunan yang indah, berbeda dengan setiap susunan yang ada dalam bahasa orang-orang Arab.
2.      Adanya uslub yang aneh, berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab.
3.      Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan hal yang seperti itu.
4.      Bentuk undang-undang yang detail lagi sempurna yang melebihi setiap undang-undang buatan manusia.
5.      Mengabarkan hal-hal yang gaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu.
6.      Berpengaruh kepada hati pengikut dan musuh.
7.      Adanya ilmu-ilmu pengengetahuan yang terkandung didalamnya (ilmu pengetahuan agam dan ilmu pengetahuan umum).
8.      Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
9.      Memenuhi segala kebutuhan manusia
10.  Menepati janji dan ancaman yang dikabarkan al-Qur’an.[2]

B.       Pembagian Jenis Mukjizat
1.  Mu’jizat Material Indrawi
Artinya Mukjizat yang tidak kekal. Maksudnya mukjizat jenis ini hanya berlaku pada  Nabi selain Nabi Muhammad Saw dan juga mukjizat ini hanya berlaku untuk jaman tertentu, kapan mukjizat tersebut diturunkan. Oleh karena itu wajar kalau sifat mukjizat tersebut tidak kekal. Secara umum dapat diambil contoh adalah mukjizat nabi Musa AS dapat membelah lautan, mukjizat nabi Daud AS dapat melunakkan besi,mukjizat nabi Isa AS dapat menghidupkan orang mati, mukjizat nabi Ibrahim AS tidak hangus oleh api saat dibakar dan mukjizat-mukjizat nabi  lainya.

2.  Mukjizat Immaterial
Artinya Mukjizat ini bersifat kekal dan berlaku sepanjang jaman. Mukjizat tersebut adalah al-Quran al-Karim. Hal ini, menurut Syahrur, karena Muhammad (sebagai penerima mukjizat ini) nabi terakhir, sehingga mukjizatnya harus memiliki sifat abadi dan berlaku sampai dunia ini hancur. Secara lebih gamblang, Syahrur membedakan mukjizat Nabi muhammad dengan nabi-nabi sebelumnya. Pertama, aspek rasionalitas kenabian Muhammad yang berupa al-Quran dan al-sab’ul al-matsani mendahului pengetahuan inderawi, yaitu dalam bentuk mutasyabih. Setiap jaman berubah, konsepsi-konsepsi al-Quran masuk ke dalam wilayah pengetahuan inderawi, yang disebut sebagai takwil langsung, yaitu kesesuaian antara teks pengetahuan terhadap hal inderawi. Kedua, al-Quran memuat hakekat wujud mutlak yang dapat dipahami secara relatif, sesuai dengan latar belakang pengetahuan, pada masa yang di dalamnya usaha pemahaman al-Quran dilakukan. Ketiga, Kemukjizatan al-Quran bukan hanya bentuk redaksinya saja, tapi juga kandungannya.

C.    Perbedaan Al-Quran dengan Mukjizat lainnya
Ada beberapa perbedaan besar antara mukjizat Al-Quran dengan mukjizat para Nabi-nabi sebelumnya, antara lain :
·           Mukjizat Nabi sebelumnya bersifat fisik (hissiyah), maka habis sesuai dengan berlalunya zaman. Generasi setelahnya tidak lagi bisa menyaksikan mukjizat tersebut. Sementara Al-Quran adalah mukjizat yang terjaga, abadi dan berkelanjutan. Karenanya hingga hari ini masih banyak temuan-temuan tentang mukjizat Al-Quran.
·           Mukjizat Nabi-nabi sebelumnya terfokus pada ‘penakjuban pandangan’, sementara mukjizat Al-Quran mengarah pada ‘pembukaan hati dan penundukan akal’, karena itu daya pengaruhnya lama dan bertahan. Sementara mukjizat ‘pandangan’ kadang begitu mudah terlupakan.
·           Mukjizat Nabi sebelumnya di luar konteks isi risalah mereka dan tidak bersesuain, karena fungsinya utamanya hanya untuk menguatkan kenabian atau membuktikan bahwa mereka adalah utusan Allah SWT. Contoh : menghidupkan orang mati, tongkat menjadi ular, tidak ada hubungan langsung dengan isi kitab Taurat dan Injil. Sementara Al-Quran benar-benar mukjizat yang bersesuaian dan menguatkan isi risalah kenabian.

D.      Sisi-sisi Mukjizat Al-Qur’an
1.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona, bukan saja orang-orang mukmin, tetapi juga bagi orang-orang kafir. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk Islam. Bahkan, Umar bin Khattab pun yang mulanya dikenal sebagai orang yang paling memusuhi nabi Muhammad SAW, dan bahkan berusaha membunuhnya, memutuskan masuk Islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur-an. Susunan Al-Qur-an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apa pun.
Karakteristik atau keistimewaan gaya bahasa al-Qur’an :
Ø  Aransemen suaranya sangat menakjubkan, konsonan dan vokalnya terbagi dan tersusun secara variatif.
Ø  Wacana untuk kalangan umum dan kalangan terbatas. Tidak ada seorang pun manusia yang mampu menyajikan satu gaya bahasa yang ditunjukan untuk kalangan intelektual sekaligus untuk kalangan awam.
Ø  Menyakinkan akal dan membuai perasaan.
Ø  Ringkas tapi jelas.[3]
2.   Susunan Kalimat
Kendatipun Al-Qur-an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabiu, terapi uslub(style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda.Uslub bahasa Al-Qur-an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan lainya. Al-Qur-an muncul denganuslub yang begitu indah. Didalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah ada ucapan manusia.
3.  Hukum Illahi yang Sempurna
Al-Qur-an menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma keutamaan, sopan-santun, undang-undang ekonomi, politik, sosial, dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Al-Qur-an menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan hukum, yakni:
a.   Secara global
Persoalan ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan perincianya diserahkan kepada ulama melalui ijtihad.
b.   Secara terperinci
Hukum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.




4.   Ketelitian Redaksinya
Ketelitian redaksi Al-Qur-an bergantung pada hal berikut:
a.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
Kata `Hayat' (Hidup) dan `Maut' (Mati) masing-masing ditemukan sebanyak 145 kali. Kata `Al Nafa'a' (Manfaat) dan `Al Madharrat' (Madharrat) masing-masing sebanyak 50 kali. Kata `Al Har' (Panas) dan `Al Bardu' (Dingin) masing-masing sebanyak 4 kali. Kata `As Sholiha' (Kebajikan) dan `As Sayah' (Keburukan) masing-masing sebanyak 167 kali. Kata `At Thoma'ninah' (Kelapangan/ Ketenangan) dan `Adduk' (Kesempitan / Kekesalan) masing-masing sebanyak 13 kali. Kata `Arrobat' (Cemas / Takut) dan `Arrogho' (Harap / Ingin) masing-masing sebanyak 8 kali. Kata `Al Kafir' (Kafir) dan `Al Iman' (Iman) dalam bentuk difinite masing-masing sebanyak 8 kali, sedang dalam bentuk indifinite masing-masing sebanyak 17 kali. Kata `As Shufah' (Musim Panas) dan `As Syata' (Musim Dingin) masing-masing sebanyak 1 kali. Kata `Dunya' (Dunia) dan `Akherat' (Hari Kemudian) masing-masing sebanyak 115 kali. Kata Setan dan Malaikat masing-masing sebanyak 88 kali.
b.      Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
Kata `Al Harot' dan `An Naro'at' (Membajak/ Bertani) masing-masing sebanyak 14 kali. Kata `Al Ajaba' dan `An Ghororoh' (Membanggakan Diri / Angkuh) masing-masing sebanyak 27 kali. Kata (Orang Sesat / Mati Jiwanya) masing-masing sebanyak 17 kali. Kata (Quran, Wahyu, dan Islam, ) masing-masing sebanyak 70 kali. Kata (Akal dan Cahaya) masing-masing sebanyak 49 kali. Kata (Nyata) masing-masing sebanyak 16 kali.
c.       Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan akibatnya.
Kata (Menafkahkan) dengan (Kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali. Kata (Kekikiran) dan (Penyesalan) masing-masing sebanyak 12 kali. Kata (Orang-orang kafir) dan (Neraka/ Pembakaran) ) masing-masing sebanyak 154 kali. Kata (Zakat/ Pensucian) dan (Kebajikan yang banyak) ) masing-masing sebanyak 32 kali. Kata (Kekejian) dan (Murka) ) masing-masing sebanyak 26 kali. Kata `Al Rijs' (Godaan Syaithan dan Najis) dan `Al Rejz' (Siksa yang pedih) masing-masing sebanyak 10 kali. Kata `Ilm' (Mengetahui), `Ma'rifat' (Pengenalan Allah), dan `Iman' (Keyakinan) masing-masing sebanyak 811 kali. Ini menunjukkan bahwa melalui pengenalan kepada Allah dapat menghantarkan pada keyakinan yang teguh.
d.      Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
Kata (Pemborosan) dan (Ketergesa-gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali. Kata (Nasehat/ Petuah) dan (Lidah) masing-masing sebanyak 25 kali. Kata (Tawanan) dan (Perang) ) masing-masing sebanyak 6 kali. Kata (Kedamaian) dan (Kebajikan) ) masing-masing sebanyak 60 kali.
Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbang khusus:
1.        Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjukan bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumnlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
2.      Al-Qur-an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 29, surat Al-Isra [17] ayat 44, suratAl-Mukmin [23] ayat 86, surat Al-Fushilat [41] ayat 12, surat Ath-Thalaq [65] ayat 12, surat Al-Mulk [67] ayat 3, dan surat Nuh [71] ayat 15. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.
3.        Kata-kata yang menunjukan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir(pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518.
5.      Berita tentang Hal-hal yang Gaib
Sebagaimana ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita gaib. Salah satu contohnya adalah Fir’aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa. Hal ini, diceritakan dalam surat Yunus (10) ayat 92:
Maka pada hari Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan Firaun akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896 di lembah raja-raja Luxor Mesir, seorang ahli purbakala Loret menemukan satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia Firaun yang bernama Muniftahyang pernah mengejar Nabi Musa a.s. selain itu pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Firaun tersebut. Apa yang ditemukannya satu jasad utuh, seperti yang diberitakan Al-Qur'an melalui Nabi yangummy (tidak pandai membaca dan menulis).
6.     Isyarat-isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dala Al-Qur-an misalnya:
a.  Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Terdapat dalam Q.S. Yunus [10]: 5.
b. Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakan napas, hal ini terdapat pada surat Al-An’am [6]: 25
c.  Perbedaan sidik jari manusia. Terdapat dalam suratAl-Qiyamah [75]: 4
d.  Aroma/bau manusia berbeda-beda. Terdapat dalamsurat Yusuf [12]: 94
e.  Masa penyusuan yang tepat dan kehamilan minimal. Terdapat dalam surat Al-Baqarah [2]: 233
f.  Adanya nurani (super ego) dan bawah sadar manusia. Terdapat dalam surat Al-Qiyamah [75]: 14
g. Yang merasakan nyeri adalah kulit. Terdapat dalamsurat Al-Qiyamah [75]: 4



7. Memuat kisah-kisah umat terdahulu
Di dalam al-qur’an terdapat sejarah perjalanan hidup para nabi yang dikenal luas oleh kalangan Ahli Kitab. Padahal pembawa Al-Qur`an adalah Rasulullah saw yang ummi (buta huruf), tidak bisa menulis dan membaca.

























BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ‘Mukjizat Al-qur’an’ adalah mukjizat yang paling besar karena merupakan kalam ilahi yang meliputi segala aspek kehidupan dan merupakan sumber hukum yang utama bagi agama islam. Mukjizat Al-qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., untuk dijadikan pedoman dan penghayatan bagi yang ingin selamat dunia akhirat.
Mukjizat al-qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., bertujuan untuk membuktikan kekuasaan Allah kepada orang-orang yang tidak mempercayainya dengan cara menunjukan kekuatan Allah dan menampakkan betapa lemahnya mereka (orang-orang kafir).
Jadi mukjizat Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk pedoman hidup umat manusia melalui malaikat Jibril sebagai bukti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Alllah.

Mukjizat terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Mukjizat Material Indrawi
2.      Mukjizat Immaterial
Al-qur’an merupakan mukjizat yang paling istimewa karena al-qur’an bersifat universal yang mencakup semua aspek kehidupan. Dari sekian banyak mukjizat yang diturunkan Allah SWT kepada para Nabi , mukjizat Al-qur’an merupakan satu-satunya mukjizat yang terjaga, abadi dan berkelanjutan. Karena hingga hari ini masih banyak temuan-temuan tentang mukjizat Al-Quran.









DAFTAR PUSTAKA

Quraish, M. Shihab. 2000. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: Mizan
Al-Munawar, Said Agil Husin. 2005. Al-Qur’an Membangun Tradisi Keshalehan Hakiki.Ciputat: PT. Ciputat Press
Al-Musayyar, Muhammad Sayyid Ahmad. 2006. Nabi Muhammad SAW. Mesir: Erlangga


[1] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, hlm. 23

[2] Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Keshalehan Hakiki, Hlm. 32
[3] Dr.M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Nabi Muhammad SAW, hlm 127

Tidak ada komentar:

Posting Komentar