Minggu, 01 Maret 2015

CERPEN



SAHABAT KESAKITAN
Karya sanwasi
Bio B

Pagi hari bel sekolah berbunyi, pertanda bahwa semua siswa dan siswi SDN 2 Warugede harus masuk ke kelasnya masing-masing. Tak terkecuali saya sendiri, kala itu saya tengah duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Di saat semua siswa kelas enam berada di ruang kelas, Pak Dedi selaku wali murid kelas enam memasuki kelas. Namun hari itu ada yang sedikit berbeda karena guru saya tak sendirian ketika memasuki kelas, beliau didampingi oleh seorang anak yang berseragam merah putih. Saya terkejut ketika melihat anak itu, saya berpikir mungkinkah dia adalah siswa baru dari sekolah lain? Pak Dedi meminta semua siswa untuk tidak membuat keributan, dan benar bahwa anak yang berdiri di samping Pak Dedi adalah siswa baru  kelas enam. Dia merupakan siswa pindahan dari kota Bogor, dan jumlah siswa di kelas enam pun bertambah satu orang.
Pak Dedi yang sekaligus mengajar pelajaran metematika pada hari itu memperkenalkan siswa baru tersebut, namanya adalah Agung Sanjaya. Setelah dia memperkenalkan identitas dirinya, Pak Dedi memintanya untuk duduk di samping saya. Padahal saat itu saya duduk dengan seorang anak bernama Idris, akan tetapi karena permintaan dari wali kelas Idris pun tak mampu berbuat apa-apa. Dan akhrirnya saya duduk satu bangku dengannya, dia terlihat seperti anak yang sombong. Karena pada saat pembelajaran dimulai dia mengeluarkan handphone yang ada di saku celananya, tetapi dugaan saya ternyata salah. Dia hanya ingin mematikan ponselnya agar pada saat pembelajaran tidak mengganggu anak-anak lain. Dia memperkenalkan dirinya pada saya, saya langsung menjabat tangannya sebagai tanda teman dan tak lupa memperkenalkan diri sendiri pada dirinya.
“Perkenalkan nama saya Agung Sanjaya, bisa dipanggil Agung.”
Kemudian saya menjabat tangannya sembari memperkenalkan diri
“Nama saya Sanwasi, boleh dipanggil San ataupun Wasi.” Dengan nada yang pelan.
“Anak-anak sekarang kita kedatangan murid baru pindahan dari kota Bogor, namanya Agung Sanjaya, silahkan kalau yang mau kenal nanti nanya-nanya tapi ingat nanti yah, kalau udah jam  istirahat atau kalau pelajaran Bapak udah selesai. Sekarang kita lanjutkan kepelajaran matematika tentang faktorisasi.” Ucap Pak Dedi selaku wali murid kelas enam.
Bel istirahat berbunyi, semua siswa laki-laki kelas enam pergi kelapangan untuk bermain sepak bola terkecuali Agung, karena dia asyik dengan permainan yang ada di handphonenya itu. Akan tetapi teman-teman menyuruh saya untuk mengajak anak baru tersebut untuk bermain sepak bola, dengan nada yang masih canggung dan gugup saya mencoba memberanikan diri untuk  bertanya
“Ayo Gung, mau ikut main bola enggak? Kita kekurangan pemain nih.” Tutur saya pada Agung.  
“Ayo… tapi maaf San, kayaknya saya enggak bisa bermain bola terlalu lama.” 
Emangnya kenapa gung?” Dengan nada yang penasaran
Enggak apa-apa San.”
Ya sudah ayo kita kelapangan! Teman-teman sudah menunggu nih.”
Dari situ lah saya mulai dekat dengan anak baru tersebut. Dan ternyata dia adalah anak yang sangat baik. Singkat cerita tim dibagi menjadi dua dan kebetulan saya satu tim dengan Agung, saya kebagian di posisi straiker atau penyerang bersama Agung, dia bermain bola tidak kalah hebatnya dari yang lain. Bahkan bisa dibilang dia paling jago ngegocek atau menggiring bola meskipun dibabak pertama tim kami kalah, memasuki babak ke dua dengan semangatnya  dia menggiring bola hingga membalikan kedudukan menjadi 4-3. Bel pertanda masukpun berbunyi, hal itu menandakan bahwa kita harus segera mengakhiri permainan. Karena jika tidak maka kami akan terkena marah oleh Pak Dedi, dan dengan terdengarnya bunyi bel, itu menandakan bahwa tim kami memenangkan pertandingan. Akan tetapi ketika kita ingin masuk ke kelas tiba-tiba Agung pingsan, awalnya saya pikir dia hanya sekedar istirahat sambil tiduran dilantai depan kelas, tetapi setelah saya membangunkan dia, dia tetap saja tertidur.  Dengan nada ketakutan saya mencoba bertanya pada teman-teman yang lainya.
Temen-temen ini Agung kenapa, dia saya bangunkan tapi tidak juga terbangun.
Gung bangun.” Ucap Idris dengan nada yang keras sambil menggoyang-goyangkan badanya tapi tetap saja dia tertidur.
Kemudian teman-teman menyuruh saya untuk melapor ke ruang guru. Suasana pun menjadi tegang, dan saya langsung berlari menuju ke ruang guru untuk melapor.
Assalamualaikum. Pak Dedi tolong ada yang pingsan.
Siapa?, dimana?.
dengan terheran-heran dan terus bertanya-tanya, karena kebetulan belum pernah ada siswa yang pingsan ataupun yang aneh-aneh disekolah saya sebelumnya.
Agung pak, sekarang ada di depan ruang kelas 6”.
Pak Dedi pun bergegas menuju kelapangan dan membawa Agung ke ruang UKS . Semua siswa disuruh masuk ke kelasnya masing-masing terkecuali saya dan salah satu teman saya, karena saya disuruh untuk membantu memapah dan menemani dia.
Selang beberapa menit Pamanya Agung datang, mungkin karena dihubungi oleh pihak sekolah. Dan kebetulan ketika Pamanya datang dia sudah sedikit sadar.
“Gung gimana?.”
Udah sedikit mendingan om, tapi dadanya masih agak sedikit sakit om.”
“Makanya jangan terlalu kecapean, gimana mau di bawa kerumah sakit aja tah.”
“Enggak usah om bentar lagi juga bakalan sembuh kok.
“Kalau masih sakit mending dibawa kerumah sakit aja gung, dari pada nanti kenapa-napa.” Ucap saya yang mencoba merayu, agar dia mau dibawa kerumah sakit
“Enggak usah….San Nanti juga bakalan sembuh dengan sendirinya, lagian udah capek saya keluar masuk rumah sakit, tapi ga bisa sembuh juga ini penyakit.”
 “Ya sudah terserah kamu aja Gung, oya saya minta maaf  karena saya kamu jadi kayak gini.”
“Enggak papa kok san. Jangan ngerasa bersalah kayak gitu, justru saya seneng bisa main bola lagi, mungkin sayanya aja yang terlalu bersemangat.”
“San.. sana kamu balik kekelas sekalian bilangin ke yang lainnya suruh ngerjain lks hal 29 no 1-10 nanti pulang sekolah dikumpulin, nanti tolong yah lksnya sekalian bawa ke meja bapak.” Ucap Pak Dedi yang menyuruh saya untuk balik ke kelas.
“Iya Pak, Gung saya duluan yah.”
Belum jauh saya meninggalkan ruang UKS, tak sengaja saya mendengar percakapan antara Pak Dedi dan Pamanya Agung, dan ternyata dia mempunya riwayat penyakit yang bisa dibilang sangat berbahaya apabila penyakit itu kambuh lagi, disitu saya kaget dan saya tidak menyangka kalau di seumuranya sudah mempunyai penyakit yang bisa dibilang mematikan.
Hari demi hari kami lewati bersama, hari demi hari pula kami semakin dekat bahkan kami sering bermain sepak bola bersama teman-teman lagi, meskipun Agung hanya bisa bermain sebentar, dan terkadang dia juga selalu curhat mengenai pacarnya pada saya. Yang saya salut dari dia adalah dia tidak pernah menunjukan kesedihnya, dan tidak pernah menunjukan kalau dia mempunyai penyakit, suatau hari sempat saya ingin bertanya mengenani penyakit yang dideritanya, tetapi karena takut dia tersinggung saya pun mengurungkan niat untuk bertanya-tanya.
Belum juga lulus SD dia dipindahkan kembali kekota asalnya yakni Bogor, entah dengan alasan apa, tapi kata teman-teman yang lain sih orang tuanya enggak setuju kalau dia di sekolahkan di Cirebon. Dia sendiri dicirebon tinggal bersama nenek dan kakeknya. Setelah kepindahannya entah apa sebabnya teman-teman yang lain malah menjauh dari saya, dikelas 6 awal semester 2 masih teringat dalam pikiran, pada saat itu saya hampir tidak mempunyai teman satu orang pun, tapi untugnya di hari itu, tepatnya di hari raya idul fitri setelah sholat Id, karena kebetulan rumah neneknya dekat dengan masjid, saya melihat agung dan keluarganya. Selama perjalan pulang dari masjid, dalam hati saya berucap
“Alhamdulillah nih orang akhirnya datang juga, setelah sekian lama enggak ada kabar, masi inget enggak ya ama saya?.”
karena setelah dia pindah ke Bogor, kami lost contac meskipun dia sempat meminta no hp saya, tapi karena saya masih belum mengerti teknologi jadi enggak ada kabar sama sekali. Setelah 2 hari berada di Cirebon barulah saya beretemu dengannya, pada saat itu saya sedang mengisi pulsanya kakak dan kebutulan dia juga sedang mengisi pulsa.
Malam harinya saya main kerumah neneknya dan menceritakan permasalahan saya, karena bisa dibilang saya adalah korban bullying, meskipun enggak terlalu parah seperti apa yang saya lihat di televisi.
“Gimana kabarnya gung.”
“Alhamdulillah baik, lo sendiri gimana kabarnya San.”
“Alhamdulillah baik juga.”
Terjadilah perbincangan bahkan sampai larut malam. dan yang masih teringat pada saat itu adalah dia berkata kepada saya bahwasanya “meskipun mereka memusuhimu San, tapi kamu jangan memusuhi mereka balik, karena itu tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi dekati mereka meskipun kamu dicuekin biarin aja yang penting kamu punya niatan yang baik.” keesokan harinya dia pulang kembali ke kotanya. padahal baru semalam kita bertemu ehh…. malah sekarang ngilang lagi, tapi… tak apalah meskipun hanya semalam saya bertemu dengannya saya sudah mendapatkan pencerahan. Singkat cerita pengumuman kelulusan dibagikan, dan saya dinyatakan lulus.
Memasuki bangku sekolah menengah pertama (SMP), saya sangat senang sekali… karena saya pikir mungkin saya akan mempunyai banyak teman baru dari berbagai desa. Akan tetapi entah apa sebabnya di SMP lah semua masalah itu muncul, hampir tiap hari saya di hina di katain yang bukan-bukan, dan semua itu membuat saya malas untuk pergi ke sekolah, bahkan saya hampir tidak mempunyai teman sama sekali, dan hampir tiap kenaikan kelas saya menjadi perbincangan diruang guru karena absen saya yang bolong-bolong
Akan tatapi semuanya berubah kembali, tepatnya ketika sahabat SD saya Agung, berkunjung ke kota Cirebon, meskipun dia hanya berkunjung selama 5 hari, tetapi dia mampu membuat saya berpikir kembali bahwa saya tidak boleh termakan omongan mereka, omongan mereka  yang menginginkan saya hancur, omongan mereka yang membuat saya frustasi, dan saya harus membuktikan bahwa saya harus lebih sukses dari mereka-mereka yang sudah menghina dan menertawakan saya. terbukti disekolah ketika saya memasuki kelas tiga SMP saya mendapatkan nilai yang bisa dibilang memuaskan bahkan masuk peringkat sepuluh besar dikelas, meskipun saya sempat menjadi korban bullying yang bisa dibilang paling parah dalam perjalanan hidup saya. Singkat cerita saya lulus dengan nilai UN yang memuaskan.
Semuanya indah kembali ketika saya memasuki bangku Sekolah Menengah Atas  atau  yang biasa kita sebut SMA, disinilah saya belajar berorganosasi dan dari organisasilah saya mempunyai banyak teman. Teman yang mau menrima saya apa adanya.
Setelah dua tahun tidak ada kabar darinya justru saya mendapatkan kabar duka dari neneknya, disaat saya mempunyai teman-teman baru, justru dia menghilang tidak lagi menghilang sementara, tapi kini ia telah menghilang selama-lamanya, dia yang sudah banyak sekali metovasi saya, dia yang sudah mengajarkan saya arti persahabatan, dia yang mengajarkan saya kebaikan, dia yang sudah mengajarkan saya segal-galanya, kini telah meninggal dunia tepatnya pada tanggal 29 Desember 2013.

“For My Best Friend”
Waktu berganti waktu
Hari berganti hari
Kau selalu ada disisiku
Disaat ku terpuruk
Kau memotivasi ku
Disaat ku bahagia
Kau ada di sisiku
Kaulah sahabat terbaikku
Entah dengan apa aku membalas semua kebaikanmu
Kau menemaniku
Disaat orang lain memusuhiku
Kau menyayangiku
Disaat orang lain membenciku
Dan engkau rela meluangkan waktumu hanya demi mendengarkan ocehanku
Sahabatku semoga engkau tenang disana
Semoga engkau berada di tempat yang paling indah disisi nya
Dan semoga suatu saat nanti kita akan bertemu
Doaku menyertaimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar