MENULIS CERITA ANAK RELIGI
1.
Pengertian
Cerita Anak
Karakteristik
cerita anak tidak berbeda halnya dengan hakikat sastra pada umumnya. Menurut
Nurgiyantoro (2005:218) pada hakikatnya sastra adalah citra kehidupan, gambaran
kehidupan. Selanjutnya menurut pendapat Lukens (2003:8) “Cerita anak adalah
cerita yang menceritakan tentang gambar-gambar dan binatang-binatang maupun
manusia dengan lingkungan”.
2.
Unsur-Unsur
Cerita Anak
Cerita
fiksi anak terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik
adalah unsur-unsur cerita yang secara langsung berada di dalam dan menjadi
bagian, dan ikut membentuk eksitensi cerita seperti tokoh, latar, dan sudut
pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah jati diri pengarang yang mempunyai
ideologi, pandangan hidup bangsanya, kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat
yang dijadikan latar cerita. Adapun yang dipaparkan pada pembahasan ini adalah
unsur-unsur intrinsik yaitu :
a.
Tokoh
Tokoh cerita yang pertama-tama dan
terutama yang menjadi fokus perhatian baik karena pelukisan fisik maupun
karakter yang di sandangnya.
b. Alur Cerita
Istilah
yang biasa digunakan untuk menyebut alur
adalah alur cerita, plot, atau jalan
cerita. Istilah mana yang akan dipakai terserah kepada tiap orang walau
sebenarnya alur lebih dari sekedar jalan cerita. Namun, fakta yang idak dapat
dipungkiri adalah bahwa alur merupakan salah satu unsur cerita fiksi yang juga
menarik untuk dibicarakan disamping unsur tokoh.
c.
Latar
Sebauh
cerita fiksi yang hadir dengan menampilkan tokoh dan alur memerlukan tokoh dan
alur memerlukan kejelasan tempat dimana
cerita itu terjadi, kapan waktu kejadiannya, dan latar belakang kehidupan
social-budaya masyarakat tempat para tokoh tempat berinteraksi dengan sesama.
Tanpa kejelasan hal-hal tersebut cerita yang dihadirkan rasanya kurang
realistic, tidak berpijak di bumi, yang kesemuanya berakibat kurang dipahami
cerita fiksi yang ditampilkan.
d. Tema
Jika
memilih buku bacaan sastra anak, yang sering terlintas difikiran adalah
pertanyan-pertanyaan seperti: buku yang bercerita tentang apa, apakah ceritanya
bagus atau tidak, buku cerita itu ingin berbicara tentang apa, atau apa yang
ingin disampaikan lewat crita itu, dan lain-lain.
e. Moral
Moral adalah sesuatu yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal
yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. Moral
berurusan dengan masalah baik dan buruk, namun istilah moral itu selalu
dikonotasikan dengan hal-hal yang baik.
f.
Sudut
Pandang
Sudut pandang dapat dipahami sebagai cara
sebuah cerita dikisahkan. Sudut pandang pada hakikatnya adalah sebuah cara,
strategi, atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan
cerita dan gagasannya. Secara lebih konkret dan spesifik sudut pandang adalah siapa
yang melihat, siapa yang berbicara, atau dari kacamata siapa sesuatu itu
dibicarakan.
g.
Stile
dan Nada
Stile dan nada merupakan dua hal yang
terkait erat. Stile berkaitan dengan masalah pilihan berbagai aspek kebahasaan
yang digunakan dalam sebuah teks kesastraan, dengan kata lain stile adalah cara pengucapan bahasa
atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.
Sedangkan nada adalah sesuatu yang terbangkitkan oleh pemilihan berbgai bentuk
komponen stile tersebut. Dalam pengertian luas, nada diartikan sebagai
pendirian atau sikap yang diambil pengarang terhadap pembaca dan masalah yang
dikemukakan. Dalam sebuah karya fiksinya, pengarang mengekspresikan sikap, baik
terhadap masalah maupun pembaca, pembaca pun dapat memberikan reaksi yang sama.
3.
Ciri-Ciri Sastra Anak
Ada beberapa yang menjadi ciri khas dari sastra anak yang
dapat dibedakan dengan sastra remaja atau sastra dewasa. Berikut adalah
ciri-ciri sastra anak yang dirangkum dari Suyatno (2009), Sarumpaet (2009), dan
B. Nurgiyantoro (2005).
a.
Tokoh yang terlibat dalam cerita diperkenalkan
terlebih dahulu.
Setiap
tokoh yang berperan dalam cerita atau sastra anak diperkenalkan terlebih
dahulu, sedangkan pada cerita remaja atau dewasa pengenalan tokoh dapat terjadi
ketika cerita sedang berlangsung.
b.
Dalam penceritaan selalu dibarengi dengan gambar
Untuk
sastra anak-anak, penceritaan diperkuat dengan gambar. Tujuan dari iringan
gambar pada penceritaan adalah untuk memperkuat penceritaan sehingga anak-anak
lebih mudah memahami cerita. Selain itu kehadiran gambar adalah salah satu
sarana untuk menarik perhatian.
c.
Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
Bahasa
yang digunakan dalam penceritaan cenderung mudah untuk dipahami oleh anak-anak
dan tidak menggunakan bahasa yang kompleks seperti karya sastra yang ditujukan
untuk remaja atau dewasa.
d.
Desain buku bacaan yang unik untuk menarik prhatian
Desain
buku untuk anak-anak cenderung berbeda dengan buku-buku remaja, buku anak lebih
menggunakan desain yang berbeda seperti bentuk yang menyerupai buah-buahan,
atau dengan kombinasi warna yang menarik perhatian.
e.
Penceritaan cenderung terkait dengan kehidupan anak
(keluarga, teman, guru, dan lain-lain).
Penceritaan
selalu dikaitkan dengan kehidupan anak-anak, sehingga pesan yang ingin
disampaikan tercapai. Meskipun penceritaan dalam bentuk fabel dan cerita
fantasi, namun penceritaan tetap berpusat pada kehidupan yang dialami
anak-anak.
f.
Diakhir cerita selalu menggembirakan tokoh utama.
Penceritaan
dalam sastra anak selalu berakhir dengan kegembiraan pada tokoh utama sebagai
fokus penceritaan. Tidak hanya tokoh utama, tokoh antagonis dalam penceritaanpu
selalu berakhir dengan sadar dan berubah dengan sifat baik.
g.
Dikaitkan dengan psikologi perkembangan anak (Operasional
konkret).
Penceritaan,
penggambaran, latar, dll. Selalu dikaitkan dengan psikologi anak yang hanya
dapat memahami sesuatu yang bersifat konkret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar