Kamis, 26 November 2015

DASAR TEORI PRAKTIKUM 4 CEPHALOPODA DAN ECHINODERMATA

DASAR TEORI PRAKTIKUM 4 CEPHALOPODA DAN ECHINODERMATA
Laut merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Hampir wakil dari setiap phylum hewan dapat ditemukan di laut. Organisme yang hidup di laut dipengaruhi oleh sifat air laut untuk sekelilingnya, baik berupa tumbuhan ataupun hewan sehingga banyak bentuk umum yang dijumpai merupakan hasil adaptasi terhadap medium cair dan  perggerakannya (Nybakken, 1998).
Cephalopoda berasal dari bahasa Yunani yitu chephalo yang berarti kepala dan podos yang artinya kaki. Jadi Cephalopoda adalah mollusca berkaki di kepala atau kepalanya dilingkari oleh kaki-kaki yang termodifikasi menjadi tentakel-tentakel. Umumnya mereka juga memiliki kantung tinta, kecuali nautilus, yang menghasilkan cairan tinta hitam yang akan disemburkan dalam keadaan bahaya untuk menghindar dari musuhnya. Chalopoda bernapas dengan iasang dan memiliki organ indra serta system saraf yang berkembang baik. (Biologipedia, 2010)
Kelas cephalopoda dibagi menjadi 2 ordo, yaitu tetrabranchiata dan dibranchiata.
1. Ordo Tetrabranchiata
Tetrabranchiata meliputi jumlah spesies yang sangat banyak, diantaranya telah menjadi fosil (kelompok nautiloid dan ammonoids) yang hidup pada zaman Mesozoik(60 juta tahun yang lalu). Contoh yang mewakili dari nautiloids adalah genus nautilus yang dapat dijumpai di lautan pasifik dan lautan Indonesia.
Tetrabranchiata memiliki cangkang luar dari kapur yang membelit dan memiliki beberapa lengan. Hewan ini mempunyai dua pasang insangserta dua pasang nefridia dan tidak mempunyai kromatofora dan kantung tinta. Salah satu famili dari ordo tetrabranchiata adalah famili nautilidae; cantohnya nautilus pompilus.
2. Ordo Dibranchiata
Dibranchiata memiliki cangkang dalam atau tidak sama sekali dengan lengn lebih sedikit dibandingkan tetrabranchiata. Hewan ini mempunyai kantung tinta, sepasang insang, sepasang nefrida, serta memiliki kromatofora.
Ordo dibranchiata dibagi menjadi 2 sub-ordo yaitu:
a) Subordo decapoda, contoh: loligo pealeii dan sepia officinalis.
b) Subordo octapoda; sebagian besar tak memiliki cangkang kecuali genus argonauta. Contoh octapoda antara lain argonauta argo, octopus vulgaris dan octopus bairdi. (Biologipedia, 2010)
Echinodermata berasal dari kata Yunani, echinos artinya duri dan derma artinya kulit. Jadi Echinodermata dapat diartikan sebagai hewan berkulit duri. Hal ini disebabkan bulu babi mempunyai duri-duri panjang seperti landak. Hewan yang termaksud dalam filum echinodermata antara lain bintang laut, bulu babi dan taripang. Umumnya berukuran besar, yang terkecil berdiameter 1 cm. Echinodermata merupakan satu-satunya phylum hewan yang semua spesiesnya hidup di laut Di alam banyak terdapat hewan-hewan yang tergolong hewan Phylum Echinodermata maka diadakanlah praktikum mengenai Phylum Echinodermata (Pratiwi, 2000).
Ciri umum Echinodermata adalah sebagai berikut :a). Simetri radial pada hewan dewasa, memiliki lima bagian sedangkan larvanya simetri bilatral, memiliki tiga jaringan dasar adalah bersilia, tidak memiliki kepala dan otak, b). Permukaan tubuh memiliki kaki buluh atau kaki ambulakral, c). Tubuh terbungkus oleh epidermis yang halus dengan dikosong kepingan kapur yang disebut lamineaatau ossicula, d). Saluran pencernaan biasanya lengkap tetapi ada beberapa yang tidak memiliki anus, e). Memiliki system sirkulasi yang megalami reduksi, f). Respilasi dilakukan dengan insang kecil atau papulae yang timbul dari coelom, beberapa jenis dengan menggunakan kaki ambulakral, g). Sistem syaraf dengan batang cincin yang bercabang –cabang kearah radial, h). Seks terpisah dengan beberapa perkecualian (Jasin,1992)
Echinodermata tidak mempunyai kepala; tubuh tersusun dalam sumbu oral-aboral. Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal. Rangka di dalam dan terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau tidak dapat digerakkan. Bentuk dan letak osscile tiap jenis adalah khas. Rongga tubuh luas dan dilapisi peritoneum bercilia dalam perkembangannya sebagian rongga tubuh menjadi system pembuluh air, suatu organ yang tidak terdapat pada avetebrata lain. (Jasin, 1992: 117)
Sistem pembuluh air berfungsi untuk menggerakkan kaki tabung dengan cara mengatur masuk keluarnya air air laut melalui madreporit. Kontraksi ampula mengatur volumeair dalam kaki tabung, berarti mengatur gerak kaki tabung. Tergantung jenisnya, kaki tabung juga berfungsi untuk merayap, berpegang pada substrat, memegang mangsa atau membantu pertukaran gas O­­2 dan CO2. Alat pernapasan utama echinodermata adalah insang kulit yang merupakan perluasan rongga tubuh keluar melalui lubang-lubang kecil di antara ossicle kapur. Rongga tubuh berisi cairan semacam getah bening, mengandung amebocyt yang berkepentingan dalam peredaran darah, pernapasan dan ekskresi.(Adun, 2011:100)
Echinodermata merupakan hewan-hewan laut yang kulitnya berduri dan berbintik. Hewan ini terbagi dalam 5 kelas yaitu Holothuridae (teripang). Kelas kedua yaitu Asteroidea (bintang laut. Kelas ketiga yaitu Echinoidea (bulu babi. Kelas ke empat yaitu Ophiuroidea (bintang ular) dan kelas ke lima yaitu Crynoidea (lili laut) (Aslan.dkk, 2009).
Echinodermata terbagi atas 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut), tubuhnya berbentuk bintang dengan 5 lengan, permukaaan tubuh pada bagian dorsal atau aboral terdapat duri-duri. Pada sekitar duri terdapat modifikasi duri berupa penjepit yaitu pedicelleria, yang berfungsi melindungi insang dermal, mencegah serpihan-serpihan dan organismekecil agar tidak tertimbun di permukaan tubuh, juga untuk menangkap mangsa. Berikutnya kelas Ophiroidea atau binyang ular memiliki bntuk tubuh bola cakram kecil dengan 5 lengan bulat panjang. Pada lengan terdapat saluran coelom kecil, batang saraf, pembuluh darah dan cabang-cabang system vascular. Pada lengan juga terdapat kaki ambulakral yang sering disebut tentakel dengan alat hisap, yang memiliki alat sensori dan juga membantu pernapasan yang memungkinkan makanan dapat masuk ke mulut. (Brotowidjojo, 1989: 120)

DAFTAR PUSTAKA
Adun Rusyana. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: ALFABETA.
Aslan.dkk, 2009. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Kendari : Universitas Haluoleo.
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: sinar Wijaya.
Nybakken, J.W. 1998. Biologi laut: Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia, Jakarta.
Pratiwi, D.A., 2000. Buku Penuntun Praktikum Biologi I. Erlangga. Jakarta.

Sumber internet
pada hari Kamis tanggal 5 November 2015 pukul 20:01)


Teori Belajar Humanistik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi, belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada peserta didik. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada peserta didik.
Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
Secara luas, teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. Ranah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3) Teori Belajar Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik.
Salah satu teori belajar yaitu humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Teori ini menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, dalam Sudrajat bahwa teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. (Sudrajat, 2013).
Deskripsi di atas menunjukkan betapa pentingnya mendeskripsikan dan mengkaji teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran di tengah kegagalan pendidikan di Indonesia yang lebih mementingkan dan hanya menjadikan aspek kognitif sebagai acuan terbesar dalam mengukur kualitas pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
       Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, dapata diformulasikan permasalahan pokok sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik?
2.    Siapakah tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik?
3.    Bagaimana Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanistik?
4.    Bagaimana aplikasi dan implikasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran?
5.   Bagaimana peranan belajar humanistik dalam prespektf islam?

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
 Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mendapatkan deskripsi tentang teori belajar humanistik.
2.    Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.
3.    Untuk mengetahui Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanistik.
4.   Untuk mendapatkan gambaran tentang aplikasi dan implikasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran.
5.  Untuk mengetahui bagaimana peranan belajar humanistik dalam prespektf islam.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Belajar Humanistik
            Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
            Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia”  (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
            Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.(Uno, 2006: 13)
             Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini. (Uno, 2006: 13).
            Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
            Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
B.     Para ahli yang tergabung di belajar humanistik
            Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya adalah Kolb yang terkenal dengan “Belajar Empat Tahap” nya, Honey dan Mumford dengan pembagian tentang macam-macam siswa, Hubermas dengan “Tiga macam tipe belajar”nya, serta Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan “Taksonomi Bloom” nya. Pandangan masing-masing tokoh terhadap belajar dideskripsikan sebagai berikut.
1.    Pandangan Kolb terhadap belajar
Kolb seorang ahli penganut aliran humanistik membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu ;
a)    Tahap pengalaman konkret
                    Pada tahap awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang dapat mengalami suatu peristiwa sebagaimana adanya. Ia dapat melihat, merasakan, dan menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya, namun belum mampu memahami, menyadari, dan menjelaskan tentang hakikat dari peristiwa tersebut. (Budiningsih. 2012)
b) Tahap pengamatan aktif dan reflektif
                    Seseorang semakin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi.
c) Tahap konseptualisasi
                    Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya. Banyak berfikir induktif untuk merumuskan suatu aturan umum dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya walaupun berbeda kejadian.
d)  Tahap eksperimentasi aktif
                    Seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata. Berfikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep dilapangan. Ia tidak lagi mempertanyakan asal usul teori atau rumusan, tetapi ia mampu menggunakan teori atau rumusan-rumusan tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.
2.    Pandangan Honey dan Mumford terhadap belajar
        Honey dan Mumford menggolong-golongkan orang yang belajar kedalam 4 macam, yaitu:
a)  Kelompok aktivis
                    Kelompok aktivis adalah kelompok yang melibatkan diri dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Biasanya mereka mudah diajak berdialog, memiliki pemikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain, dan mudah percaya pada orang lain. Namun dalam rnelakukan suatu tindakan sering kali kurang pertimbangan secara matang, dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya untuk melibatkan diri. Dalarn kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada hal‑hal yang sifatnya penemuan-penemuan baru, seperti pemikiran baru, pengalaman baru, dan sebagainya, sehingga metode yang cocok adalah problem solving, brainstorming. Namun mereka akan cepat bosan dengan kegiatan‑kegiatan yang implementasinya memerlukan waktu lama.
b)  Kelompok reflektor
                    Mereka yang termasuk dalam kelompok reflektor mempunyai kecenderungan yang berlawanan dengan kelompok aktivis. Dalam melakukan suatu tindakan, kelompok reflektor sangat berhati‑hati dan penuh pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan baik‑buruk dan untung‑rugi, selalu diperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu. Orang‑orang demikian tidak mudah dipengaruhi, sehingga mereka cenderung bersifat konservafif.
c)  Kelompok teoris
                    Mereka memiliki kecenderungan yang sangat kritis, suka menganalisis, selalu berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya.Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif. Dalam memutuskan sesuatu, kelompok teoris penuh dengan pertimbangan, sangat skeptis dan tidak menyukai hal‑hal yang bersifat spekulatif. Mereka tampak lebih tegas dan mempunyai pendirian yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
d) Kelompok pragmatis
                    Mereka memiliki sifat‑sifat yang praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori‑teori, konsep‑konsep, dalil-dalil, dan sebagainya. Bagi mereka yang penting adalah aspek‑aspek praktis, sesuatu yang nyata dan dapat dilaksanakan.Bagi mereka, sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
3.    Pandangan Habermas terhadap belajar
Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi jlka ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang yang dimaksud disini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian pandangan dari tokoh ini dibagi 3, antara lain :
a)  Belajar Teknis (technical learning)
                    Belajar teknis adalah cara belajar seseorang agar dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik.
b)  Belajar Praktis (practical learning)
                    Sedangkan yang dimaksud belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan interaksi yang harmonis antara sesama manusia.
c)   Belajar Emansipatoris (emancipatory learning)
                    Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dengan pengertian demikian maka dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang benar untuk mendukung terjadinya transformasi kultural (tujuan pendidikan yang paling tinggi menurut Habermas).
4.    Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap Belajar
Mereka lebih menekankan perhatiannya pada apa. yang mesti dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi BloomAda tiga kawasan dalam taksonomi Bloom tersebut :
a)  Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2) Pemahaman (menginterpretasikan)
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
4) Analisis (menjabarkansuatukonsep)
5)  Sintesis ( menggabungkan bagian‑bagian kosep menjadi suatu konsep utuh)
6)  Evaluasi ( membandingkan nilai‑nila, ide, metode, dsb.)

b)  Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1) Peniruan (menirukan gerak)
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c)  Domain afektif terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2) Merespon (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai‑nilai, setia kepada nilai‑nilai tertentu)
4) Pengorganisasian (menghubung‑hubungkan nilai‑nilai yang dipercayainya)
5) Pengamalan (menjadikan nilai‑nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)
Selain ke empat tokoh di atas, menurut Dra. Hj. Nurul Azmi, MA dalam buku “Belajar dan Pembelajaran (suatu tinjauan teoritis dan praktis)” (2015:27-28) terdapat 2 tokoh tambahan yang termasuk ke dalam tokoh humanistik, diantaranya yaitu:
1.    Pandangan Carl Rogers terhadap belajar
Carl rogers mengemukakan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan membiarkannya belajar bebas, mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Sehingga dapat diambil 5 point penting menurut Rogers, yaitu:


a)         Hasrat untuk belajar
Hasrat yang dimaksud adalah hasrat ingin tahu yang terus-menerus terhadap dunia sekelilingnya. Dalam proses mencari jawabannya, seseorang mengalami aktivitas-aktivitas belajar.
b)        Belajar bermakna
Seseorang yang beraktivitas akan selalu menimbang-nimbang apakah aktivitas tersebut mempunyai makna bagi dirinya, jika tidak tentu tidak akan dilakukannya.
c)         Belajar tanpa hukuman
Belajar yang terbebas dari ancaman hukuman mengakibatkan anak bebas melakukan apa saja, mengadakan eksperimentasi hingga menemukan sediri sesuatu yang baru.
d)        Belajar dengan inisiatif sendiri
Proses belajar diperlukan adanya pemikiran dan pengembangan atas inisiatif atau pendapat pada masing-masing pelajar, sehingga diharapkan mampu mengarahkan dirinya sendiri, menentukan dirinya sendiri dan berusaha menimbang hal yang baik bagi dirinya.
e)         Belajar dan perubahan
Seiring perkembangan zaman yang terus meningkat, seorang pelajar diharapkan agar dapat belajar menghadapi kondisi dan situasi tersebut dan bukan hanya sekedar mengingat atau menghafal fakta.
2.      Pandangan Abraham Maslow terhadap belajar
Teori Maslow dikenal dengan “teori kebutuhan”. Adapun tahapan-tahapan kebutuhan tersebut antara lain:
a)      Physioogical needs
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan makan dan minum, pakaian dan tempat tinggal, termasuk juga kebutuhan biologis. Disebut sebagai kebutuhan paling dasar karena dibutuhkan semua makhluk hidup, termasuk manusia.
b)      Safety/security needs
Kebutuhan akan rasa aman secara fisik dan psikis. Aman secara fisik, seperti terhindar dari gangguan kriminalitas, dan sebagainya. Aman secara psikis, misalnya tidak kena marah, tidak diejek, tidak direndahkan, tidak dimutasikan dengan tidak jelas, diturunkan pangkatnya, dan lain sebagainya.
c)      Social needs
Kebutuhan sosial dibutuhkna manusia agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya. Bagi siswa agar dapat belajar dengan baik, ia harus merasa diterima dengan baik oleh teman-temannya.
d)     Esteem needs
Kebutuhan ego termasuk keinginan untuk berprestasi dan memiliki prestise. Seseorang membutuhkan kepercayaan dan tanggung jawab dari orang lain. Dalam pembelajaran dengan diberikan tugas-tugas yang menantang, maka siswa akan terpenuhi kebutuhan egonya.
e)      Self actualization needs
Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan untk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain. Atinya, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin potensi yang dimilikinya dalam suasana dan lingkungan yang kondusif.
C.     Aplikasi dan Implementasi  teori  belajr humanistik  disekolah
                        Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran. (Barbara. 2005).
                        Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:
1.  Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.  Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.  Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.  Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti peserta didik yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993: 65).
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.   Merespon perasaan peserta didik
2.   Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.   Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik
4.   Menghargai peserta didik
5.   Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari peserta didik)
7.  Tersenyum pada peserta didik. (Syaodih, 2007: 152)
     Guru-guru cenderung berpendapat bahwa pendidikan adalah pewaris kebudayaan, pertanggungan jawaban sosial dan bahan pembelajaran yang khusus, mereka percaya bahwa masalah ini tidak dapat di serahkan begitu saja kepada peserta didik.
D.    Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanistik
1.      Kelebihan teori belajar humanistik
Setiap metode pembelajaran tentunya memiliki kekurangan serta kelebihan bagi yang menerapkannya. Hal tersebut tergantung dari pribadi masing-masing yang dimiliki. Berikut beberapa kelebihan teori belajar humanistik.
a.    Tumbuhnya kreatifitas peserta didik
                             Dengan belajar aktif dan mengenali diri maka kreatifitas ang sesuai dengan karakternya akan muncul dengan sendirinya. Dengan begitu akan muncul keragaman karya. Jika berlanjut kepada nilai jual misalnya maka itu juga akan menambah pemasukan atau paling tidak ada perasaan senang karena karyanya dihargai.
b.    Semakin canggihnya teknologi maka akan semakin maju perkembangan belajarnya
                        Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun motivasi dalam diri peserta didik untuk belajar. Hal inilah yang membuat pikirannya terasah untuk menemukan pengetahuan baru.
c.    Tugas guru berkurang
                        Dengan peserta didik yang melibatkan dirinya dalam proses belajar itu juga akan mengurangi tugas guru karena guru hanylah failisator peserta didik. Guru tidak lagi memberikan ‘ceramah’ yang panjang, cukup dengan memberikan pengarahan-pengarahan. 
d.   Mendekatkan satu dengan yang lainnya
                        Bimbingan guru kepada peserta didik akan mempererat hubungan antar keduanya. Seringnya berkomunikasi akan menciptakan suasana yang nyaman karena peserta didik tidak merasa takut atau tertekan. Begitupun antar peserta didik. Berdiskusi atau belajar kelompok akan membuat persahabatan semakin erat, memahami satu sama lain, menghargai perbedaan dan menumbuhkan rasa tolong menolong. (Laudia, 2014)
2.      Kekurangan teori belajar humanistik
Jika penerapan teori ini tidak terkontrol, murid akan mempunyai sikap egois yang tinggi. Melakukan apa yang mereka inginkan tanpa batas, siswa tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki kepribadian yang unik. Karena dalam teori ini guru adalah fasilitator maka kurang cocok diterapkan pada siswa yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif dia akan takut atau malu untuk bertanya pada agurunya sehingga dia akan tertinggal oleh teman-temannya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, padahal dalam teori ini guru akan memberikan respon bila murid yang diajar juga aktif dalam menanggapi respon yang diberikan oleh guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka keberhasilan proses pembelajaran lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri, peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang. (Darsono2001)

E.     Peranan belajar humanistik dalam prespektf islam
Dalam Islam, pemikiran pendidikan humanistik bersumber dari misi utama kerasulan Muhammad, yaitu memberikan rahmat dan kebaikan kepada seluruh umat manusia dan alam semesta (Q.S. Saba>’/34: 28 dan al-Anbiya>’/21: 107). Spirit ayat inilah yang mengilhami pemikiran pendidikan yang dikembangkan menjadi pendidikan humanistik yang juga disebut pendidikan humanistik-Islami.
Istilah “pendidikan humanistik-Islami” mencakup dua konsep pendidikan yang ingin diintegrasikan, yakni pendidikan humanistik dan pendidikan Islam. Dalam pengintegrasian dua konsep pendidikan ini dimaksudkan juga untuk mengurangi kelemahannya. Pendidikan humanistik yang menekankan kemerdekaan individu diintegrasikan dengan pendidikan religius (Islam) agar dapat membangun kehidupan sosial yang menjamin kemerdekaan dengan tidak meninggalkan nilai ajaran agama. Kemerdekaan individu dalam pendidikan humanistik-Islami dibatasi oleh nilai ajaran Islam. Nilai-nilai agama diharapkan menjadi pendorong perwujudan nilai-nilai kemanusiaan. Pemisahan antara kedua konsep tersebut akan menyebabkan tidak terwujudnya nilai-nilai humanisme Islam dalam sistem pendidikan.
Kata “Islam” dalam istilah tersebut tidak dimaksudkan untuk mendikotomikannya dari jenis pendidikan lain, meskipun dengan sendirinya memasuki wilayah perbedaan antara keduanya. Lafal “Islam” hanya untuk menegaskan bahwa kajiannya didasarkan pada nilai-nilai atau ajaran Islam. Karena itu, “pendidikan humanistik-Islami” hanyalah merupakan suatu model pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam yang pelaksanaannya menggunakan humanisme sebagai pendekatan. Pendidikan ini menjadikan humanisme Islam sebagai pijakan dalam pelaksanaannya.
Pendidikan dalam arti luas, menurut Zamroni, merupakan proses yang berkaitan dengan upaya mengembangkan diri seseorang pada tiga aspek kehidupan, yakni pandangan hidup, sikap hidup, dan ketrampilan hidup. Pendidikan berperan menyiapkan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan membimbing dan membentuk diri manusia menuju masa depan yang gemilang.
  
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Psikologi humanistik sangat relevan dengan dunia pendidikan, karena aliran ini selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap manusia. Teori belajar humanistik ini memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat disajikan oleh pemateri mengenai  teori belajar humanistik, semoga makalah ini menjadi referensi tambahan untuk belajar teman-teman semua. Dapat disadari bahawa makalah ini jauh dari kata sempurna dan tak luput dari kesalahan serta kekurangan, oleh karena itu kami sebagai penyaji memohon kiranya pembaca mau memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini sesuai apa yang diharapkan oleh semuanya.

DAFTAR PUSTAKA
Azmi, Dra. Hj. Nurul. 2015. Belajar dan Pembelajaran (suatu tinjauan teoritis       dan praktis). Cirebon: CV. Elsi Pro
Budiningsih, DR. C. Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dakir. 1993. Dasar –dasar psikologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang          Press.
Laudia, Eltiana. 2014. Kekurangan dan Kelebihan Teori Behavioristik dan Humanistik. [Online] Tersedia dalam: http://afidburhanuddin. wordpress. com/2014/05/19/kekurangan-dan-kelebihan-teori-behavioristik-dan-humanistik-2/ Diakses 15 Oktober 2015.
Seels, Barbara& Richey, Rita C. 2005. Instructional Technology, the Definition       and Domain of the Field, Washington: AECT.
Sudrajat Ahkmad. 2015. Media Pembelajaran. Artikel. di http://ahkmadsudrajat. wordpress.com/bahan-ajar/media-pembelajaran/, Diakses tanggal 18 Oktober 2015.
Sugihartono,dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Yoyakarta: FIP UNY.
Syaodih, 2007. Psikologi Belajar. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta:   Bumi aksara